rasa aman
Siapapun pasti ingin menikmati rasa aman dengan leluasa setiap saat
tanpa harus berhitung waktu kapan rasa aman itu akan berubah menjadi tidak aman
dan mempersiapkan diri untuk waspada. Kenyataannya, rasa aman itu telah hampir
hilang dan setiap saat kita merasa akan ada bahaya yang siap menelan kita. Mungkin
saja karena rasa tidak aman itu dihadirkan setiap hari oleh media pada mata dan
telinga kita sehingga sebuah kejadian yang jauh dari tempat kita tinggal pun
menjadi begitu dekat dengan kita dan menimbulkan paranoid. Bisa saja kita
membuang rasa takut kalau para pembuat rasa tidak aman itu tidak berbuat onar, tidak
berbuat kejahatan dan kerusuhan di tempat kita, atau setidaknya jauh. Jika
kemudian tiba-tiba tindak kejahatan itu di sekitar kita, suasana hati dan
pikiran menjadi berubah. Semua sudut seperti menjadi tempat yang harus selalu
diwaspadai agar kita terhindar dan selamat dari tindak kejahatan itu.
Kita sering sekali disuguhi berita tentang perampokan di siang hari di
tengah keramaian, pemerkosaan, perilaku
geng motor yang kerap sengaja melukai korbannya tanpa alasan apapun, para
pencopet dan penjambret yang terus menerus beraksi, preman yang dengan
angkuhnya menguasai wilayah dan siap melahap siapapun yang dianggap tak sepaham
dan tak setuju dengan keberadaannya. Berbagai ragam peristiwa itu seolah
menjadikan dunia semakin sempit dari rasa aman dan nyaman. Saya yakin sekali
lebih banyak orang yang ingin merasa aman hidup berdampingan dan dapat
beraktivitas setiap saat dibandingkan dengan orang yang ingin membuat orang
lain takut dan merasa bangga mampu membuat orang lain takut. Saya yakin sekali
begitu banyak orang yang setuju jika para pembuat rusuh, para pembuat rasa
tidak aman, para pembuat onar, para preman, para perampok, para pencuri, para
pencopet, para penjambret, para koruptor dan semua para pembuat kejahatan di
tembak mati. Kedengarannya memang sadis, tapi, mereka telah membuat kita merasa
tidak aman setiap saat, bahkan saat kita tidur pun. Bagi mereka yang takut
ditembak mati, ya jangan melakukan tindak kejahatan.
Sejarah mencatat, selalu saja terlahir manusia-manusia bernaluri jahat
dan bernafsu untuk menguasai orang lain. Manusia yang bangga membuat orang lain
ketakutan, merasa tidak bersalah jika mengambil secara paksa milik orang lain,
merasa tidak berdosa jika melukai atau membunuh orang lain. Ini mungkin sudah
menjadi hukum alam, atau kita (orang tua) yang tidak mampu mengarahkannya agar
menjadi orang baik-baik dan tidak mampu menciptakan lingkungan sosial dan
pergaulan yang baik agar tumbuh manusia-manusia yang menghargai hak-hak orang
lain. Sikap-sikap kita pada sesama berpengaruh terhadap pertumbuhan mental dan
pikiran orang di sekeliling kita, terlebih pada anak-anak yang mengerti benar
tentang arah kehidupan. Naluri dan energi kejahatan yang ‘akan’ tumbuh bisa
diarahkan kepada hal-hal kebaikan yang bisa membangun dunia yang damai
berdampingan tanpa melukai orang lain, sehingga kejahatan bisa di minimalisir
sekecil mungkin.
Melanggar HAM
Para pembela HAM juga harus bisa melindungi begitu banyak orang yang
merasa tidak nyaman dan aman akibat para penjahat itu. Mereka, para penjahat,
adalah pelanggar HAM setiap waktu, jadi mereka harus dibasmi agar regenerasi
para penjahat hilang. Bikin efek jera yang dasyat kepada para calon potensial
yang akan masuk ke dunia per-penjahatan. Bikin imij bahwa berbuat jahat,
berbuat onar, berbuat merugikan orang lain itu sesuatu yang akibatnya
menakutkan. Kita harus perhitungkan bagaimana mereka, para penjahat, (semua
yang merugikan orang lain) adalah para pelanggar HAM setiap saat. Para pembela HAM
seharusnya tidak perlu membela para penjahat, (para pelanggar HAM setiap saat),
dan lebih mementingkan para korban yang rasa aman dan nyaman terancam setiap
waktu. Manusia itu harus diartikan secara utuh yaitu orang yang berperilaku
seperti layaknya manusia dan berbuat manusiawi. Jika ada orang yang tidak
berperilaku seperti layaknya manusia dan tidak berperilaku manusiawi, ia hanya
mempunyai wujud bentuk manusia dan tak layak disebut manusia. Jadi untuk apa di
bela?
Hidup berdampingan dengan rasa
aman dan nyaman tanpa berprasangka buruk terhadap sesama tentu akan sangat
indah. Tanpa ego yang memaksa orang lain untuk memaklumi dan tanpa ada anggapan
keyakinannya adalah hal yang paling benar.
Komentar
Posting Komentar