Label

Kamis, 29 November 2012

Indonesia Vs Singapura, Piala AFF

28 Nopember 2012.
Menggembirakan. Ditengah keraguan pecinta sepakbola terhadap Tim Garuda yang berlaga di Piala AFF 2012, Indonesia mampu mengatasi Singapura dengan skor tipis 1-0. Adalah Andik Vermansah, pemain mungil ini mampu memanfaatkan posisi kiper singapura yang sedikit maju dari garis gawang. Berawal dari tendangan bebas, bola disodorkan ke Taufik, taufik hanya menahannya untuk kemudian Andik melepas tendangan melengkung di atas kiper Singapura dengan akurat. Ini sebuah kejutan. Setelah sebelumnya Indonesia tidak pernah menang melawan Singapura dalam laga Piala AFF, enam kali bertemu empat kali kalah dua kali seri. Dengan hasil ini catatan pertandingan kedua negara menjadi berubah. Di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur Malaysia, Tim Garuda membuktikan bahwa mereka membuktikan mampu bermain bagus. Keraguan pecinta sepakbola Indonesia disebabkan ketidakberhasilan melawan Laos yang bermain imbang. Bermain melawan Laos yang biasanya menjadi lumbung gol, Tim Garuda tampak nervous dan tidak tertata dengan rapi, bahkan terkesan tergesa-gesa.
Gol indah pada empat menit menjelang bubar dalam waktu normal, menjadi sejarah bagi Indonesia karena kemenangan perdana atas Singapura sejak 14 tahun terakhir.
Dengan bermaterikan pemain-pemain yang dianggap tidak lebih baik dari tim yang berlaga di tahun 2010, para pemain membuktikan bahwa rasa Nasionalisme dan semangat untuk menang membuahkan hasil yang maksiamal.
Indonesia akan menghadapi tuan rumah Malaysia pada tanggal 1 Desember hari Sabtu. Malaysia yang dikandaskan oleh Singapura 0-3, tentu tidak mau kehilangan muka di depan pendukungnya. Semoga Tim Garuda bisa bermain apik penuh semangat  dan mampu mengatasi Malaysia. Semoga bisa berhasil menjadi juara dan menjadi titik temu untuk menyelesaiakan kisruh kepengurusan PSSI. Hanya perlu hasil seri untuk bisa lolos ke babak semifinal. Semoga.

Selasa, 27 November 2012

Piala AFF 2012

25 Nop 2012

Melawan Laos, Indonesia hanya mampu bermain imbang 2-2 setelah melalui perjuangan melelahkan dalam Piala AFF tahun 2012. Ini sebuah kemunduran bagi persepakbolaan Indonesia, atau bisa saja Laos yang sudah semakin maju. Laos yang biasanya menjadi lumbung gol dalam penyisihan grup, sekarang tampil penuh dengan percaya diri yang tinggi. Mereka mampu mengoptimalkan kemampuan dirinya dan membaca kelemahan lawan dan memanfaatkannya. Tapi Indonesia tentu tak sebegitu gampang untuk dikalahkan oleh Laos. Meski belum tampak padu dan kompak dalam bermain, banyak peluang diciptakan dan merepotkan Laos.
Masih banyak pemain bagus yang tidak ikut membela TimNas. Ini terkait dengan dualisme kepemimpnan yang mengakibatkan ada dua kompetisi, IPL dan ISL. Dua kubu yang menurut saya saling Egois. Duh Indonesia, mereka berebut ingin memajukan Sepakbola Indonesia apa berebut uang?
Tak salah tentu jika masih berharap Sepakbola Indonesia semakin maju dan disegani  lawan, setidaknya pada level Asia Tenggara. Atau setidaknya seperti era tahun 80-an.
Maju Sepakbola Indonesia. 28 Nopember 2012 besok, saat melawan Singapura yang telah membabat tuan Rumah malaysia 3-0, menjadi ajang pembuktian kemampuan.

Sabtu, 24 November 2012

GAM di Banyumas


23 Nopember 2012

Gerakan Anti Mardjoko (GAM) muncul di percaturan politik Kabupaten Banyumas. Gerakan ini wujud nyata ada orang atau sekelompok orang yang tidak senang dengan kinerja Mardjoko selama menjadi Bupati Banyumas periode 2008-2013. Mereka mengorganisir untuk menjadi sebuah gerakan yang saling bahu membahu agar tujuan mereka mejegal incumbent agar tidak lagi terpilih menjadi Bupati periode 2013-2018. Ketidaksenangan terhadap seseorang bagi mereka, perlu diadakan gerakan agar ketidaksenangan tersebut tidak hanya sekedar muncul di hati dengan resiko Mardjoko gampang melenggang ke kursi Bupati untuk kedua kalinya. Ini sah-sah saja di negeri ini yang telah memberi begitu luas orang untuk berbicara dan mengungkapkan pendapatnya. Negeri yang sedang begitu gandrung terhadap ‘madzab’ demokrasi yang diagung-agungkan oleh negara barat terutama Amerika. Demokrasi yang kadang hampir lupa bahwa ada hak-hak orang lain yang terabaikan. Asal yang setuju lebih banyak daripada yang tidak setuju, nilai-nilai budaya, etika, kearifan lokal, bisa saja terlindas dan disingkirkan.
Pengagasnya menyebut dirinya sebagai kaum Nahdliyin. Dalam konstelasi perpolitikan, kaum Nahdliyin identik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), meski memang tak seratus prosen. Mereka menyeru, terutama ditunjukan kepada kaum Nahdliyin, untuk tidak memilih Mardjoko dalam pilihan bupati yang akan digelar Februari 2013. Jika kaum Nahdliyin ‘manut’ semua dengan apa yang mereka mau, ini akan menjadi sandungan besar bagi Mardjoko. Suara mereka, jika kompak bulat dalam satu wilayah kabupaten, bisa menyukseskan ataupun menjegal seorang calon bupati. Tentu ada sebab kenapa mereka melakukan gerakan itu. Ada sebuah pertanyaan, apa gerakan itu memang murni dari keinginan mereka? atau juga ditambahi dan didukung oleh Calon Bupati lain yang akan bertarung nanti. Sebuah kecurigaan politik yang wajar.
Penggagas GAM pasti tidak mau disebut sebagai gerakan sakit hati. Tapi apa lacur jika ada pendapat yang mengatakan demikian. Saya menduga ada kekecewaan pada mereka ketika Mardjoko kali ini berangkat ke Banyuamas 1 dengan kendaraan Partai Golkar, padahal dulu memakai kendaraan PKB dengan tanpa koalisi dengan partai lain. Dengan segala daya upaya, taktik, strategi politik dan terobosan yang dilakukan oleh Tim Mardjoko, Tim Muhamad Husen (Wakil Bupati yang sekarang ikut nyalon jadi Bupati) dan mesin partai PKB, mereka berhasil merebut Kursi Bupati. Tentu sangat wajar jika PKB merasa berjasa terhadap Mardjoko sebagai orang yang tidak dikenal di Banyumas dibanding calon lain yang lebih punya nama. Wajarkah juga jika mereka yang ditinggalkan melakukan gerakan itu? Apa juga yang menyebabkan Mardjoko sekarang lebih memilih merapat ke Partai Golkar dan tidak menggandeng PKB yang telah keroyo-royo menggotongnya menjadi Bupati? Bolehkah ini disebut kacang lupa kulitnya? Di alam demokrasi kita, berpindah partai, loncat sana loncat sini, diperbolehkan dan dilakukan oleh banyak politikus (jangan diartikan poli=banyak >banyak tikus). Ini telah ‘dinyatakan’ tidak melanggar etika dan tidak perlu malu. Selagi menguntungkan dan tercapai tujuan, semua bisa diatur dengan tidak perlu rumit-rumit. Dan kita tak perlu ragu juga jika menyebut kacang lupa kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Mungkin Mardjoko berpikir kemenangannya dulu karena figur dirinya, dan partai hanya sekedar tumpangan untuk bisa terdaftar sebagai calon dan segala resiko yang timbul telah diselesaikan dengan baik. 
Argumen-argumen yang melatar belakangi GAM, adalah tentang ketidakberhasilan Mardjoko dalam mendatangkan investor, seringnya rotasi pejabat dinas kabupaten dan hal-hal unproduktif (menurut mereka) yang menghambat kemajuan. Tidak sulit memang untuk mencari kelemahan orang lain selagi tidak di feedback : ‘apa yang kamu lakukan jika kamu jadi dia dengan keadaan seperti ini, ini, ini, dsb’. Apa sebenarnya yang mereka khawatirkan jika Mardjoko jadi lagi. Apa mereka begitu yakin jika selain Mardjoko akan lebih baik. Tak ada yang bisa menjamin bahwa jika si anu dan bukan dia yang jadi bupati pasti akan lebih baik. 
Dalam tren politik kita, sering kali calon yang mendapat aniaya politik malah mendapat simpati dan empati dari masyarakat dan kemudian menang. Gerakan GAM bisa saja kemudian menjadi alat kampanye yang efektif bagi Mardjoko jika bisa memanfaatkan dengan jeli. Jika mereka terus menerus menyuarakan anti Mardjoko yang pada sampai level seperti menggunjing, orang tidak akan mendengarkan lagi, malah bisa-bisa berbalik tidak seperti yang mereka inginkan. 
Kita lihat saja nanti.

Kamis, 22 November 2012

Jalan

19 Nopember 2012

Ketika pagi-pagi aku berangkat kerja, jalan utama desaku yang rencananya mau diaspal sepanjang dua kilometer, Sompok Kalipucung sampai tugu Gumelar, keadaanya masih bertebaran kerikil kecil bercampur pasir sebagai dasar pengaspalan, berserakan membuat para pengendara motor ekstra hati-hati jika melewat agar tak terpeleset. Keadaan yang seingat saya hampir dua bulan. Sesuatu yang bikin jengkel dan timbul pesimistis, ‘jadi diaspal nggak ini?’.
Dan saat aku pulang kerja, jam 20.15, separuh rencana pengaspalan sudah jadi dan rapi. Teknologi telah menciptakan peralatan yang membuat semua kerjaan menjadi cepat selesai. Aku menarik gas motorku menikmati jalan aspal hotmix baru yang menggiurkan dan sepertinya sangat sayang jika tak berlari. Sesampai di ujung aspal baru, roda motorku kembali menapaki jalan aspal lama yang berlubang dan rusak sepanjang ruas. Jalan utama desaku yang telah lama rusak, yang telah lama sekali tak pernah diperbaiki.
Di rumah, saat mandi agar tidur tidak gatal, sempat terpikir untuk mencatat tanggal pengerjaan aspal di HP agar suatu saat bisa menghitung berapa bulan akan bertahan dengan predikat jalan baik dan apa yang akan dilakukan kemudian oleh pihak-pihak terkait jika umurnya hanya beberpa bulan. Pengalaman yang sudah-sudah, Rehab jalan ataupun perbaikan, saat masih terasa belum lama bagus, sudah rusak lagi. Hanya sekedar mencatat, toh jika pun ingin berkeluh kesah, apalagi melapor, kami bingung harus kemana atau pada siapa? Paling-paling hanya sebagai bahan obrolan kosong di pos ronda, karena kata ‘percuma’ telah menjadi jawaban di benak sebelum pertanyaan muncul.
Jalan secara fisik seperti menjadi acuan keberhasilan pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya. Ini karena jalan memang gampang dilihat, dilewati setiap hari dan sudah tentu lalu lintas barang dan mobilitas orang yang berkendaraan menjadi nyaman jika jalan kondisinya bagus dan terawat. Setiap kita melewat di suatu wilayah dengan jalan rusak, segera terlintas di pikiran, bahwa pembangunan di wilayah tersebut amburadul, tidak tertata dan banyak terjadi penyimpangan anggaran. Sebuah penarikan kesimpulan yang buru-buru, tapi hal semacam itu memang kerap sekali terjadi dan sering dengan tanpa mau mendalami secara menyeluruh. Jalan menjadi etalase keberhasilan pembangunan secara kasat mata dan selintas lalu.
Kata jalan dan turunannya menjadi kata yang berkaitan dengan sebuah kinerja seseorang, organisasi pemerintah ataupun organisasi non pemerintah. ‘Jalan ditempat’ berarti sebuah keadaan tanpa kemajuan, ajeg, membosankan dan hampir kearah menuju kemunduran. ‘Berjalan mundur’, lebih parah, keadaan ini harus siap-siap mencari alternatif lain agar tak mati suri untuk kemudian mati sama sekali. Berjalan biasa-biasa saja, berarti tanpa greget, hambar dan sangat tidak mengesankan. Berjalan cepat dan lancar, sebuah keadaan yang penuh optimistis, menyenangkan dan penuh semangat dalam melakoninya. Maka wajar jika kemudian orang menyimpulkan keberhasilan pemerintah daerah dengan hanya melihat jalan.
Jika seorang bupati atau gubernur ingin dipilih kembali untuk kedua kalinya, bangun jalan sepanjang mungkin. Ini kampanye yang efektif.

Senin, 19 November 2012

HARLEY DAVIDSON MELEWAT


PENGARUH TEGAKAN HUTAN PINUS TERHADAP TATA AIR


E

djayim.com
Pinus (Pinus merkusii) adalah pohon yang memerlukan air cukup banyak sekitar 1500 mm air diuapkan oleh transpirasi pinus. banyak yang menganggap hal tersebut dapat mengakibatkan kekeringan di daerah arilan sungai.
contoh nyata pinus yang di tanam di daerah garut menumbulkan komplen dari masyarakat karena air tersedia dari mata air berkurang. benarkan pinus penyebabnya?

Setelah diilakukan penelitian mengenai hal tersebut, ternyata tidak benar pernyataan bahwa pinus mengakibatkan kekurangan air tersedia bagi masyarakat sekitar hutan. faktanya walau pun pinus membutuhkan air yang cukup tinggi namun dengan adanya akar pinus mengakibatkan tegangan di sekitar akar pinus tinggi, sehingga mengakibarkan air yang diserap oleh tanah menjadi cukup besar. hal tersebut dapat berkolerasi positif (debit air pada daerah aliran sungani menjadi stabil)terhadap Daerah Aliran Sungai hal ini karena air hujan dapat terinfiltrasi dalam tanah cukup banyak sehingga aliran air permukaan dapat terhambat.

Hal di atas hanya dapat terjadi apabila curah hujan di wilayah tersebut lebih dari 200 (asumsi opavorasi 500) mm, karena jika kurang dari itu maka akan terjadi defisit air di daerah tersebut.
Fakta lainnya (dari berbagai sumber yang bisa dipercaya) adalah ketika banyak yang menganggap bahwa tegakan hutan pinus di daerah danau toba menyebabkan tinggi permukaan air berkurang/surut ternyata salah. Setelah hutan pinus di tebang habis mengakibatkan danau taba surut sangat drastis pada waktu-waktu tertentu. balakangan diketahui bahwa opini pinus menyebabkan danau surut hanyalah isu yang di sebarkan oleh pihak yang tidak dipertanggung jawab untuk mengambil kayu pinus untuk bahan baku kertas.

Selasa, 13 November 2012

MENGGUGAT DAHLAN ISKAN

Senin 12 Nopember 2012
Anggota DPR yang nama-namanya diserahkan oleh mentri BUMN, Dahlan Iskan, ke Badan Kehormatan (BK) DPR terkait dugaan pemerasaan terhadap BUMN, yang sementara namanya bocor ke publik merasa dirugikan dan sebagian diantaranya berencana menggugat. Jika hal itu dilakukan oleh para anggota Dewan tersebut, tentu Dahlan Iskan sudah punya data dan bukti yang cukup kenapa Ia memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Sebuah upaya yang cukup berani dengan ‘keadaan’ politik Indonesia yang tak terbaca dan carut marut.  Lembaga DPR, sebuah lembaga yang terhormat, tentu para anggotanya juga merasa terhormat dan orang terhormat tentu merasa tidak semua orang bisa semena-mena mencoreng kehormatannya
Sudah pasti anggota DPR itu akan membela diri sekuat tenaga dan sekuat daya yang dimiliki. Tentu, Pak Dahlan juga tak ceroboh melakukan itu. Dan, akan ada pertarungan sengit di panggung politik Indonesia, karena terkait payung partai tempat mereka berada dibawahnya. Partai-partai politik yang kadernya terkena tuduhan itu pasti sebisa mungkin melindungi kadernya untuk agar tampak bersih rumah tangga partainya. Tapi, kadang atau mungkin sering kasus itu mengambang kemudian lenyap perlahan menjadi awan yang dengan rajin menutupi setiap sisi yang masih ada kemungkinan terlihat.
Segala yang terkait tentang pemberantasan korupsi, pemerasan atau hal apapun yang merugikan negara, sebagian besar rakyat tentu mendukungnya sambil berharap semoga benar-benar membuat jera bagi pelakunya dan terutama membuat jera dan takut bagi yang  berpotensi serta punya kesempatan untuk melakukan korupsi. Tapi kemudian apa lacur jika kita kemudian sudah menebak duluan seolah dengan pasti bahwa kasus semacam itu akan menyublim ke ruang angkasa menjadi awan-awan bergerombol di langit menjadi hiasan yang kita tak bisa membacanya.
Kasus semacam ini masuk dalam lingkaran hukum duniawai, maksudnya lepas dari berbohong atau tidak berbohong yang terkait dengan keyakinan religi yang akan ditimpakan hukuman nanti di alam setelah kita mati. Harus ada bukti-bukti fisik untuk mengajukan ke ranah hukum. Jika si pelaku bisa dengan rapi menyembunyikan segala bentuk fisik bukti yang bisa menggiringnya ke pengadilan, Ia akan gagah bisa menyerang balik si pelapor dengan tuduhan pencemaran nama baik. Padahal biasanya pelaku korupsi sadar betul tentang penyimpangan yang dilakukan dan tahu akibat yang akan menimpanya jika ketahuan. Ia tentu akan bersiasat dari awal agar semua barang bukti yang dapat menggiringnya ke meja hijau hilang, tak berkesinambungan atau menjadi semrawut yang jika di ranah hukum menjadi batal dan berkepanjangan.
Maukah mereka di sumpah pocong. Sumpah ini diyakini sebagian orang bisa membuktikan mana pelaku yang berbohong dan mana pelaku yang jujur di kemudian hari.