Label

Selasa, 30 Januari 2024

PETANI ITU PALING KAYA

Petani itu biasanya di pinggiran, terpinggirkan, karena di perkotaan itu tempat gedung-gedung perkantoran dan perbelanjaan di tambah tempat bermain anak-anak dan orang dewasa melepas kepenatan hiruk pikuk cara berkehidupan dan bertahan hidup di kota. Nelayan juga terpinggirkan. Nelayan di pantai tempat wisata, tersingkir oleh hotel-hotel dan gedung-gedung mewah tempat orang-orang kaya bersantai, berbelanja dan menikmati keindahan alam. Orang-orang kaya punya uang banyak yang bisa membeli segala yang ia ingin beli. Makanan enak dan tempat terpilih, mereka bisa beli. Petani dan nelayan cuma bisa berharap hasil panen pertanian dan hasil tangkapan ikannya dapat dibeli dengan harga yang pantas.

Kuncinya uang. Dengan uang, segala bisa dibeli. Kemewahan, layanan, kesenangan, bahkan harga diri kadang bisa dibeli. Dan, semua orang sepakat bahwa uang menjadi alat tukar untuk bertransaksi pada setiap orang yang ikut bersepakat.

Jika saja, dalam sehari semua petani dan nelayan di dunia sepakat kalau uang bukan sebagai alat tukar, dan sepakat tidak akan menjual semua hasil pertanian dan ikan atau daging kepada siapapun, maka fungsi uang akan segera hilang. Jika saja, para petani dan nelayan tak lagi tergiur kegiatan lain selain bertani dan menangkap ikan. Para petani dan nelayan tak butuh perhiasan, tak butuh pergi jauh berwisata karena kebahagiaan sudah ada di setiap kegiatannya.

Jika saja semua sepakat uang bukan sebuah alat tukar, pasti petani dan nelayan menjadi orang-orang paling kaya. Para orang-orang kaya kemudian, mau nggak mau akan menjadi petani jika ingin tetap hidup. Orang-orang yang tadinya tinggal tunjuk karena punya uang, akan berlatih bertani, berlatih menangkap ikan dan berlatih memasak dan meninggalkan semua kemewahan yang bisa dibeli dengan uang.

Jika semua petani dan nelayan di dunia sepakat tidak memerlukan uang, mereka akan menjadi orang kaya. Jika semua petani dan nelayan sudah bahagia dengan kondisinya. Pabrik-pabrik yang menghasilkan peralatan modern akan hilang. Semua kendaraan tak lagi dipakai menjadi sampah tempat tanaman merambat dan burung membuat sarang beranak pinak. Gedung-gedung pencakar langit berlumut ditumbuhi rumput dan tanaman ficus dengan akar-akarnya yang terus menelusur ke bawah. Jala-jalan menjadi tempat ternak merumput dan tiduran sambil berkunyah.

Jika bertani sudah bisa bahagia, kenapa juga harus mencari kebahagiaan lain yang membikin repot dan tidak bahagia.

21:53 30012024

 

Rabu, 10 Januari 2024

TANPA NONTON POLITIK.

Membahas politik itu mengasyikan. Apalagi lawan bicaranya se-ide, pilihan politiknya sama, pandangannya banyak kesamaan. Semua mengalir saling mengayuh dayung. Semakin jauh sampai membahas yang sangat jauh dari pembahasan awal. Saling mengisi batrai untuk terus berjalan sampai lelah yang menyelesaikan.

Jika lawan bicaranya berbeda pilihan dan berbeda pandangan, akan terjadi perdebatan terus menerus yang tak pernah selesai jika kedua pihak sama-sama tak mau mengakhiri. Mengakui kekalahan atau memunculkan kondisi seperti kalah debat adalah hal yang sangat dihindari. Perdebatan itu intinya hanya dua, kubu saya semuanya benar sedangkan kubu lawan semua salah, tidak tepat dan ngawur. Kadang-kadang juga, memperdebatkan sebuah kata atau kalimat yang kurang pas penyusunannya yang kemudian menggiring menjadi debat kusir yang buang-buang waktu dan energi.

Jika membahas politik mengasyikan, membiarkan diri lepas dari berita politik, tidak membaca berita politik, tidak membahas segala hal yang berkaitan dengan politik, itu juga sebuah keasyikan tersendiri. Tidak ada emosi yang terkuras karena dukungan kita di kuliti oleh lawan politiknya dengan berbagai kreativitas cara menyerang. Membuat gadget kita lepas dari algoritma politik, sebuah keasyikan yang tak kalah dengan keasyikan membahas politik. Politics free everyday.

Djayim, 20:49 10012024

 

KENAPA HARUS MENULIS

Meskipun otak manusia mempunyai kapasitas penyimpanan 1 juta gigabyte, lupa adalah hal yang wajar. Tingkat lupa seseorang berbeda-beda satu sama lain. Menggungah ingatan pun berbeda-beda. Jika file yang disimpan di perangkat komputer bisa mencari dengan menulis judul file pada kolom pencarian, pada manusia bisa memakai clue supaya ingatannya menuju pada sesuatu yang lupa. Cara lain supaya manusia tidak lupa segala apa yang terpikirkan dan perlu diingat adalah dengan di tulis.

Sejarah manusia yang terjadi puluhan atau ratusan yang lalu, turun temurun mengalir lewat tulisan. Itulah sebabnya jaman sejarah dimulai ketika manusia menemukan tulisan yang simbol-simbolnya disepakati sebagai penanda dari ucapan manusia. Ucapan manusia sebagai alat komunikasi, sebagai alat bertutur satu sama lain, akan sangat mudah hilang jika tak ditulis. Mengandalkan daya ingat, sebuah kejadian akan berubah ceritanya jika disampaikan dari generasi ke generasi, karena dalam penyampaian akan sangat dipengaruhi oleh si penutur. Banyak faktor yang bisa menyebabkan penyampaian itu berubah dalam perjalanan penuturan; wawasan, keyakinan, agama, tujuan, keinginan, bahasa, kekuasaan dan penguasa.

Jika sejarah manusia dengan segala kebudayaannya tidak dicatat dalam bentuk tulisan, akan banyak sekali simbol-simbol yang tak terbaca dan terus menjadi misteri. Pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab akan selalu muncul dari generasi ke generasi.

Sebagai penghibur, gaya penulisan menjadi seni tersendiri dan menjadi sebuah keindahan bagi si penulis dan si pembaca. Tulisan yang sebelumnya hanya sebagai pencatat pesan, menjadi ruang untuk menghibur bagi manusia. Bagi penulis, menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ada kepuasan tersendiri jika berhasil menyelesaikan sebuah tulisan. Apalagi jika yang membaca ikut terhibur.

Menulis juga sebagai pengingat. Sering sekali jika kita mempunyai ide yang muncul tiba-tiba, hanya diingat-ingat dan beranggapan besok-besok pasti muncul lagi, ternyata lupa sama sekali meski sudah susah payah mengingatnya.

Menulis itu sebagai sikap rendah diri kalau daya ingat kita tak selalu seperti yang kita harapkan.

Djayim, 20:23 10012024.

Sabtu, 06 Januari 2024

MENGAKU JUJUR, BERSIH, PINTAR, PEDULI, AMANAH, BAIK.

Kita pasti tidak pernah mendengar atau membaca kata-kata dari para politisi yang mengaku bahwa dirinya tidak jujur, tidak bersih, tidak pintar, tidak peduli, tidak amanah, tidak baik. Mereka semua mengaku sebagai orang yang tepat untuk dipilih menjadi salah satu jaringan pemegang kekuasaan. Wajar dan manusiawi. Seorang yang sedang menawarkan dirinya untuk dipilih dari sekian banyak pilihan, pasti akan memamerkan dirinya sebagai orang yang paling baik dari yang lain.

Jangan dikategorikan sebagai orang sombong. Anggap saja sebagai seorang sales yang sedang menawarkan barang dagangannya dengan berbagai cara supaya apa yang ditawarkan membuat orang menjadi tertarik sehingga memilihnya dan membeli. Semua orang berkeinginan segala apa yang disekelilingnya, yang berhubungan dengan kehidupannya, segala yang dipilihnya, semua harus baik, bahkan jika bisa yang paling baik diantara yang baik-baik.

Jika tidak suka dengan cara promosinya, biarkan saja. Anggap saja tidak ada apa-apa, toh tidak berpengaruh juga terhadap hidup yang kita sehari-hari jika kita tak mempermasalahkan. Tak perlu juga mencatat dan mengingat-ingat janji-janjinya. Anggap saja nyanyian penghibur dirinya yang kita dengar karena tiba-tiba masuk menampar gendang telinga. Bermaklum akan lebih membuat kita nyaman pikiran. Jika kita tak dirugikan, kenapa juga kita harus memikirkan cara mereka. Tak ada yang memenuhi semua kriteria yang orang banyak tetapkan sesuai keperluannya masing-masing yang berbeda-beda.

Tak mungkin juga para politisi memasang foto dirinya di pinggir jalan dengan tulisan yang tidak baik seperti, tidak jujur, korup, tidak amanah, tidak adil, tidak baik, rakus, bodo, tidak baik. Jika kata-kata disematkan di bawah fotonya, orang akan mengira orang sedang main-main dan bukan politisi yang sedang ikut memeperebutkan kursi jaringan kekuasaan. Atau bisa saja orang mengira sebagai sarkasme politik, dan menjadi tidak masuk pertimbangan untuk dipilih karena dianggap bukan peserta.

Tidak mungkin pula di panggung besar tempat kampanye, politisi berteriak-teriak; saya bukan orang baik, saya tidak jujur, saya tidak amanah, saya korup, saya tidak adil, saya rakus, saya bodo. Mereka akan memamerkan kebaikan walaupun sebenarnya mereka juga merasa terhina harus berbohong tentang dirinya, merasa ngilu harus membohongi, merasa memakai cara apa saja untuk menang. Mereka juga kadang merasa jadi rakyat yang sedang dimanfaatkan keberadaannya.

Berbiak-baik saja. Melangkah ringan-ringan saja, tak perlu repot-repot tengak kanan kiri membaca iklan-iklan. Mereka sedang berusaha. Seperti juga kita.

Djayim, 23:11 06012024