Sejarah itu sesuatu yang telah
terjadi. Sebuah peristiwa yang baru saja terjadi telah langsung masuk pada
ruangan yang disebut sejarah. Apakah peristiwa itu akan menjadi sebuah sejarah
yang banyak diingat di kemudian hari, tergantung pada tokoh atau ‘orang besar’
yang bisa menjadikan sebuah peristiwa menjadi catatan sejarah atau tidak. Ada banyak
sekali sejarah yang dicatat dan diingat oleh manusia. Banyak orang yang
menyukai sejarah sesuai dengan kecenderungan minat yang berbeda-beda. Dari masa
ke masa ada masa kejayaan suatu kaum, dinasty, golongan, Kerajaan, negara, suku,
adat, kelompok orang, yang mendominasi suatu keadaan yang kemudian digantikan
oleh kekuatan lain dan menjadi beralihnya kejayaan pada sebuah subyek. Sebuah peristiwa
besar bagi seseorang atau bagi sebuah kelompok akan hilang dari sejarah jika
tidak ada tokoh yang bisa membuatnya menjadi sejarah yang perlu dicatat dan
diingat. Ia hanya akan menjadi sejarah bagi kelompoknya, dicatat dan diingat
dalam ruangan romantisme, untuk kemudian hilang perlahan pada generasi
berikutnya karena rasa romantisme itu sudah tak berasa berpengaruh.
Sejarah berkaitan erat dengan
manusia. Selain manusia tak ada sejarah yang bisa didengarkan atau dibaca. Sesuatu
yang terjadi dengan binatang dan peristiwa alam akan menjadi sejarah jika
manusia mencatatnya, mengingatnya dan menjadikan peristiwa yang terkait dengan binatang
dan alam itu menjadi bagian dari sejarah, peradaban dan merasa berpengaruh atau
dikaitkan dengan ‘perjalanan’ manusia. Manusialah yang punya peran tunggal
apakah sesuatu peristiwa masuk dalam catatan sejarah untuk diwariskan pada anak
cucunya atau tidak. Jika manusia merasa sebuah peristiwa adalah sesuatu yang
biasa-biasa saja dan sama sekali tak layak masuk pada ruang sejarah, maka
peristiwa itu lewat begitu saja seperti angin yang tak menimbulkan apa-apa pada
ruang yang dilewatinya.
Sejarah dicatat dan diingat untuk
dipelajari. Jika sejarah ditiru kejadiannya pada saat berbeda masa, hasil
meniru tidak sama dengan hasil kejadian pada saat peristiwa bersejarah itu
terjadi. Perbedaan waktu, ruang, pelaku dan rasa, sudah sangat lain ditambah
lagi dengan peristiwa-peristiwa di kanan kiri yang mempengaruhi cara pandang
manusia terhadap sesuatu obyek peristiwa.
Sesorang yang sukses memimpin
sebuah negara, oragnisasi atau kelompok di masa lalu, jika caranya diterapkan
pada masa sekarang, pasti hasilnya akan berbeda. Waktu dan pengetahuan yang
terus berebut masuk dalam pemikiran manusia membuat jalan baru pengetahuan
manusia. Banyaknya perbandingan, informasi, perspektif dan ego berpikir setiap
manusia dalam perjalanan manusia, mengharuskan orang selalu beradaptasi jika
ingin menguasai sesuatu di masanya.
Seorang diktator pada masa lalu
dan Ia bisa bertahan lama dalam memegang kekuasaannya, karena pada masa itu, di
wilayah itu, cara diktatorlah yang bisa membuat seorang menjadi penguasa. Jika kemudian
diktator itu tumbang, karena cara itu sudah tidak cocok dan akan digantikan
oleh sistem lain yang dianggap lebih baik dari sistem sebelumnya. Dan sistem yang
dianggap lebih baik itu akan digantikan lagi oleh sistem lain yang dianggap
lebih baik bagi generasi selanjutnya.
Romantisme Budaya.
Sebagian orang masih bangga
dengan mempertahankan budaya kuno atau sistem kuno yang dianggap masih relevan
dengan masa sekarang dan berusaha dilestarikan dan dipertahankan sebagai
warisan budaya. Mereka merasa ketakutan jika cara kuno yang masih ada sekarang
akan musnah dan generasi berikutnya tidak mengalami sistem tersebut. Padahal, generasi
berikutnya belum tentu merasa perlu untuk mempertahankan sistem itu, karena di
masa yang akan datang, pasti muncul lagi sesuatu yang baru dan menjadi
kebanggan bagi generasinya. Merasa sebagai temuan baru untuk membuat
perkumpulan manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Akan selalu ada manusia
yang berusaha untuk memperbaiki kehidupan manusia, dan Ia menjadi pahlawan di
masanya. Kecenderungan manusia untuk menemukan sesuatu yang baru, membuat
sesuatu yang dianggap lama akan tergeser dan tinggal di catatan arsip sejarah.
Pemerhati budaya berusaha
mempertahankan budaya-budaya yang sudah dianggap kuno supaya tidak punah,
sedang si pemerhati sendiri tidak mau hidup dengan cara kuno. Ia hanya ingin
orang lain menjadi pelaku budaya kuno, untuk diperhatian, dicatat dan disampaikan
pada orang lain bahwa masih ada orang-orang berkehidupan dengan tata cara
budaya kuno yang harus tetap lestari dan tak boleh punah. Ia lupa kalau Ia sangat
kagum ketika membaca sejarah tentang seseorang tokoh yang telah mengentaskan
kaumnya dari cara-cara kuno ke cara-cara yang dianggap modern dan membuat
manusia lebih maju.
Sejarah itu sebuah catatan, sebagai wadah orang untuk berandai-andai, membayangkan,
mengira-ira, mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lain dan dicatat sebagai
temuan baru tentang masa lalu dengan alat hasil teknologi terkini yang
disepakati bisa dipercaya.
Seorang yang sangat tidak peduli
dengan sejarah, pun tetap bisa menjalani hidup seperti kebanyakan orang. Sejarah
berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadapa seseorang, tergantung cara pandang
dan penyikapannya terhadap peristiwa yang disebut sejarah itu. Sejarah itu..
Tlaga, 22:39 27.12.2023