Label

Jumat, 21 Oktober 2016

ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

Aku seorang muslim

Islam adalah sempurna

Tapi aku tidak sempurna

Jika aku berbuat kesalahan jangan salahkan Islam

Tapi, salahkan aku


“Inilah sebabnya penting untuk diperjleas apa makna sebenarnya menjadi seorang muslim. Aku dan banyak Muslim lain telah diajarkan, sejak tahun-tahun pertama bahwa agama kami, menuntut hormat dan perhatian bagi sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tidak beriman hingga kalian mencintai sesamamu seperti cinta kalian kepada dirimu sendiri. Itulah makna menjadi seorang Muslim. Diantara nama-nama Allah kita dengar; Maha Pengasih, Maha Penyayang. Selama hidupku, setiap hari aku mendengar dan memberi salam ‘Assamu ‘alaikum...’ Ucapan kepada orang lain agar diberkati dengan damai. Inilah makna menjadi seorang Muslim. Lebih dari seribu tahun lalu sebelum konvensi Jenewa, tentara Muslim diperintah dilarang membunuh anak, wanita atau orang tua. Dilarang merusak pohon, dilarang mencelakakan pendeta, dilarang merusak gereja. Nilai-nilai Islam yang sama ini diajarkan kepada kami di sekolah sejak kanak-kanak. Tidak menghancurkan atau menodai tempat di mana Tuhan disembah. Tidak mesjid, tidak gereja, tidak sinagog. Ini. Sejarah, geografi, dan masa depan mengikat kita. Jangan ada yang memisahkan kita, karena bersama-sama kita bisa mencipta pilar-pilar saling menghormati, yang akan mendukung kebaikan bersama bagi generasi mendatang.”


King Abdullah II ibn al-Hussein dari Jordania, di depan Parelemen Uni Eropa 10 Maret 2015

Rabu, 19 Oktober 2016

membaca menulis

Membaca;

Membaca itu nikmat dan menyenangkan, jika sesuatu yang dibaca itu membawa pada alam yang dikehendaki ke arah alam imaginasi kita. Jika kata yang disusun membentuk kalimat menjadi enak dirasa dan diikuti alurnya. Membaca bagi saya seperti berwisata dengan tanpa polusi dan tanpa harus bertemu dengan banyak orang dengan segala polah tingkah, berdesak-desakan, antri dan segala macam sesuatu yang mengusik sebuah ketenangan dan sepi yang bermakna. Alur pikiran yang dituangkan oleh penulis yang berbeda dan bermacam-macam acuan, pola pikir, idealisme, pondasi ide, pegetahuan secara umum dan khusu, kecenderungan terhadap sebuah kepercayaan dan agama yang di anut, bisa membangun sebuah ‘lokasi’ wisata yang dihiasi oleh imaginasi kita dalam membaca. Segala yang dituangkan penulis dengan bumbu yang mendasarinya menulis, menjadi menu sajian tersendiri.

Wisata membaca itu akan menjadi semakin membawa ke dunia lain yang dibangun oleh penulis. Kadang bangunan wisata itu ternyata gagal untuk sebagian pembaca. Kegagalan membangun wisata itu tak sepenuhnya ‘kesalahan’ sang penulis membawakan cerita, tetapi bisa juga karena si pembaca tak selera dengan gaya bahasa yang dibangun. Sebuah cerita yan bagus bagi sebagian orang, belum tentu menyenangkan bagi sebagian orang lain.

Saya sendiri lebih suka membaca daripada menonton sebuah novel atau cerpen yang difilmkan. Beberapa ada yang saya baca ceritanya kemudian menonton filmnya. Dan saya sering merasa kecewa, karena ternyata apa yang dituangkan di film oleh sutradara tidak sama dengan bangunan imajinasi saya saat membacanya. Bahkan saat saya lebih dulu menonton filmnya kemudian baru membaca bukunya, imajinasi bangunan saya tidak sealur dengan imajinasi sang sutradara yang dituangkan dalam film tersebut. Disitu ada ‘kesenangan’ tersendiri, karena imajinasi saya tidak terpengaruh oleh film tersebut.

Menulis;
Sama seperti membaca, menulis juga menghadirkan sebuah kenyamanan tersendiri. Sebuah hal yang sederhana, ditulis dari sisi pandang yang berbeda, sisi pandang yang imajinatif dan kreatif akan menjadi sebuah tulisan yang membangun jalan ‘wisata’ bagi si pembaca. Sebuah pencerahan baru akan timbul dari sebuah tulisan yang orisinil dengan ide kreatif imajanatif.

Cara penuangan ide dalam tulisan, terpengaruhi oleh kondisi saat menulis. Kondisi ini dapat berupa; idealisme sesaat, kepercayaan dan keyakinan, gejolak sosial dan politik, kecenderungan hobi, dan kejadian saat ide itu muncul dan tertangkap dalam bank ide.

Sebuah ide yang tertangkap dan masuk dalam bank ide, saat ditulis, seringkali melenceng dari ide awal. Bahkan bisa memunculkan ide baru saat penulisan. Jika kita ingin mempertahankan ide awal yang akan di tulis, diperlukan sebuah kerangka tulisan sampai akhir agar hasil penulisan tak keluar dari ide awal. Saya sendiri sering membiarkan munculnya ide lain saat menulis dan mengikutinya menjadi sebuah ide yang baru. Ide awal yang telah tertinggalkan, jika masih minat akan ditulis kembali.

Membaca dan menulis, sama-sama menikmatkan. Saya akan melahap dulu sampai tuntas sebuah buku jika sudah masuk pada dunia membaca. Itu akan melupakan dan tak menyempatkan waktu untuk menikmati menulis. Hal itu juga untuk menghindari agar dalam saya menulis tidak terkontaminasi oleh ide dari penulis yang sedang saya baca.

Karena menulis dan membaca sama-sama menikmatkan, tak ada prioritas dari keduanya. Menulis bagi saya pun, sekedar mencari nikmat, sama seperti membaca.

Oktober 2016