Saya tak habis pikir, bingung dan
tak mengerti. Mungkin ini karena kekurangmengertian saya terhadap sebuah seni
peran yang di aplikasikan ke sinetron yang berjudul Tendangan si Madun, yang
kini tayang lagi dengan menambahi kata return.
Dari segi cerita, saya sama
sekali tak mengerti apa yang akan disampaikan dengan cara itu. Jika
ketidaktahuan saya tentang alur cerita, itu dapat saya pahami karena pikiran
saya tak bisa memaksa hati untuk agak lama menontonnya. Animasi yang sangat
tidak nyaman dilihat dan banyak perkataan atau ungkapan yang seperti menganggap
penonton tidak akan tahu apa yang hendak disampaikan jika tidak dengan ucapan,
menjadi sebuah tontonan yang saya tak mengerti apa yang hendak di sampaikan dan
di inginkan oleh para pembuat sinetron itu.
Saya yakin sekali, personil yang
terlibat dalam pembuatan sinetron itu pasti figur-figur yang mengerti seni
peran dan seni-seni lain, dan pasti mengerti tentang hibuan yang enak dan
nyaman di tonton. Mereka yang terlibat pasti juga tahu bagaiamana menghasilkan
sebuah karya seni yang baik, menghibur, enak ditonton, nyaman di lihat dan
mengesankan. Tetapi saya menjadi tak
mengerti kenapa mereka membuang biaya, waktu dan pikiran untuk melahirkan
sebuah karya yang, maaf, tidak bermutu dan konyol.
Mereka terus membuat sinetron itu
dan yang lain semacamnya, pasti ada alasannya. Jika sebuah sinetron sudah tidak
ada penontonnya dan tak ada yang pasang iklan, maka tidak akan terus menerus
dibuat. Ada keuntungan dengan memproduksi Tendangan si Madun, artinya mereka
masih punya sasaran pasar yang di bidik dan itu masih potensial untuk
menghasilkan uang. Nampaknya pangsa pasar yang mereka sasar masih tinggi, ini
terbukti dengan penayangannya pada prime
time. Saya lihat sasarannya tertuju pada penonton anak-anak atau remaja. Atau
bisa saja ketidaktahuan saya tentang selera penonton terbanyak televisi di
negara kita, sehingga sebuah sinetron yang begitu ditayangkan pada prime time.
Sang produser tentu berpikir
bagaimana uang yang telah di keluarkan bisa menghasilkan untung banyak. Jika
dengan membuat sebuah sinetron yang tidak bermutu saja masih bisa menghasilkan
uang, kenapa tidak diteruskan dan harus repot-repot cari yang lain yang belum
tentu laku. Tinggal bagaimana penontonnya, apakah mau menonton sinetron yang tidak
bermutu dan konyol tapi dianggap menghibur atau hanya mau menonton tontonan
yang bermutu. Penonton punya daya tawar tinggi untuk memkasa para prosuser dan
seniman yang terlibat untuk menghasilkan sinetron yang bermutu dan enak
ditonton, enak dinikmati dalam alur cerita, akting, animasi,dan seluruh yang
tertayang di dalamnya.