Ujung tujuan hidup adalah kebahagiaan. Apapun yang dilakukan orang demi bisa bahagia sekaligus menikmati kebahagiaan dengan berusaha agar kebahagiaan itu selalu ada. Banyak orang berkeyakinan tempat penuh kebahagiaan seluas ruang yang ada dan sepanjang waktu, ada di sorga. Sorga bagi penganut agama ( samawi ), ada setelah kematian dan setelah beberapa tahapan alam, setelah kehidupan di dunia. Orang yang berkeyakinan seperti itu akan berusaha sekuat tenaga, sepenuh jiwa raga supaya mendapatkan surga kelak di alam akherat yang abadi.
Kemenarikan sorga yang penuh dengan kebahagiaan yang tak ada akhir, membuat orang melakukan semua tata aturan agama yang di anut. Kegiatan-kegiatan seperti puasa sepanjang hari, sholat di malam atau dini hari yang dingin, sholat tepat waktu, ( dalam agama Islam ) atau ritual dalam agama lain yang mengikat dan menjerat, yang menurut orang yang berbeda keyakinan merupakan kegiatan yang tidak mengasyikan, akan dilakukan dengan tulus dan menikmati setiap waktu yang dilakoni. Dalam proses mengerjakan dengan tulus pun mereka sudah merasakan sebuah kebahagiaan untuk menuju kebahagiaan akhir yang abadi. Semakin yakin, akan semakin semangat melakukan semua ajaran agamanya dan sebaliknya.
Ada banyak perbedaan keyakinan untuk menuju sorga akherat yang penuh kebahagaiaan. Perbedaan keyakinan dalam menuju sorga, sering kali menimbulkan perdebatan yang sering melahirkan ketersinggungan. Ketersinggungan yang sebenarnya bisa sekali diredam atau dipadamkan, sangat sering berkembang menjadi bentrokan argumen keyakinan kemudian menjadi bentrokan fisik untuk mempertahankan pendapat-keyakinannya. Lebih jauh menjadi perang. Perang untuk saling membunuh anggota kelompok yang berbeda keyakinan, karena ada keyakinan mempertahankan keyakinan adalah salah satu jalan untuk menuju sorga, dan sekaligus memetik kebahagiaan dalam proses mempertahankan keyakinan. Segala pengorbanan dalam perang ( perang besar ataupun perang kecil ) menjadi sebuah kebanggaan dan rasa itu akan menjadi lebih besar jika dirasa menang dengan melupakan korban dari musuh yang dikalahkan. Mereka saling melakukan berbagai macam tindakan agar orang yang berbeda keyakinan mau tunduk pada kelompoknya, mau mematuhi tata aturannya dan menjadi superior dari yang lain di sekelilingnya. Pemaksaan keinginan dari masing-masing kelompok ini seperti tidak akan pernah berhenti karena tak ada satu pun kelompok yang sepenuhnya mengalah.
Sebegitu menariknya kebahagiaan, sehingga orang mau melakukan apa saja untuk mendapatkan kebahagiaan, apalagi jika kebahagiaan itu abadi seluas ruang yang ada dan sepanjang waktu yang tak ada batas.
Jika hidup berdampingan dengan orang berbeda keyakinan dan saling menjaga perasaan agar tidak timbul ketersinggungan menjadi sebuah ruang yang penuh kebahagiaan, kenapa juga harus bentrok? Bukankah dengan begitu akan untuk memperoleh kebahagian di sorga setelah kematian.
Djayim, 23:40. 300821