Label

Kamis, 29 Juni 2023

Jepang

 

Di Indonesia rasanya tak ada yang menyangkal kalau negara Jepang disebut negara maju. Negara maju di Asia bahkan di dunia. Jepang yang luluh lantak akibat kalah perang pada perang dunia kedua, bangkit memperbaiki negaranya dengan tidak meninggalkan budaya asli. Jepang berkembang pesat dan menjadi negara modern dengan terus memproduksi tekhnologi baru untuk mempermudah kehidupan manusia. Jepang maju karena pengembangan inovasi dalam bidang industri dan teknologi. Taraf berkehidupan warga jepang menjadi lebih tinggi dibanding negara lain. Mesin-mesin dan segala perangkat modern diciptakan. Mereka ingin memanjakan kehidupan manusia dengan hasil karya teknologinya.

Hasil industri dan teknologi Jepang menjadi sumber pengasilan yang besar yang bisa untuk membiayai negaranya dalam membangun fasilitas untuk warga negranya. Robot-robot dan mesin-mesin otomatis membuat manusia lebih ringan mengerjakan sesuatu sesuai dengan kebutuhan. Tombol-tombol penggerak mesin cukup disentuh untuk mengerjakan apa yang disuruh oleh manusia. Semua menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih praktis, melayani dan memanjakan manusia. Dan, tak sebuah pelayanan yang gratis. Semua harus dibayar sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya. Tak ada yang murah untuk sebuah pelayanan pada ruang modern.

Hasil teknologi yang sedianya untuk dinikmati oleh penggunanya, menjadi sebuah beban kehidupan bagi orang yang setiap hari terlibat dalam produksinya. Para pekerja harus setiap hari bergelut dengan hal-hal yang sama dari waktu ke waktu. Keharusan untuk patuh pada budaya yang banyak dipuji, menjadi tekanan hidup karena mau tidak mau harus diajalankan dan tak ada pilihan lain yang bisa dipilih untuk sekedar melepas kejenuhan. Biaya hidup yang mahal, jam kerja yang panjang menjadikan waktu untuk personal yang sempit dan keharusan-keharusan lain yang tak bisa dihindari menjadikan banyak warga negara jepang yang stress, depresi dan harakiri. Dan, yang menjadi kekhawatiran utama bagi orang Jepang adalah banyak sekali perempuannya yang memilih tidak punya anak, karena jika punya anak, karir pekerjaan mereka harus berakhir karena pekerjaan rumah  tangga, merawat dan mengasuh anak. Menikah berarti mendapat tanggung jawab lebih banyak di rumah yang harus mereka selesaikan sendiri.

Jika semakin hari keenganan perempuan Jepang untuk punya anak semakin meningkat, bukan mustahil orang Jepang yang hidup di Jepang akan terus menurun. Ini akan menjadi titik awal bagaimana menciptakan sebuah keyakinan dan keadaan bahwa mempunyai anak dan keturunan adalah sebuah kebanggan atau bahkan menjadi sebuah keharusan. Budaya-budaya yang membuat orang tertekan dan tak punya waktu untuk menikmatinya, sedikit demi sedikit diubah agar bisa menikmati kabahagiaan lain dan rasa tertekan dalam berkehidupan berubah menjadi sesuatu yang bisa dinikmati.

Jika sebuah pencapaian kemajuan teknologi membuat orang susah dan tertekan untuk mengimbangi arusnya dan membuat orang menjadi tidak bahagia, hilanglah tujuan membuat semua peralatan yang bermaksud membuat manusia lebih mudah dan ringan dalam kehidupan sehari-hari. Secanggih apapun sebuah hasil teknologi untuk membantu manusia, tapi dalam proses pembuatannya membuat orang tertekan, stress, dan lupa bahagia, maka itu pengkhianatan terhadap tujuan awal pembangunan teknologi.

Jika cara yang sederhana bisa membuat orang bahagia, ngapain repot-repot membangun negara agar menjadi modern yang memperangkap penduduknya dalam alam modern  tapi mengkorbankan kebahagiaan. Ada yang berpikir untuk hidup nomaden di dalam hutan belantara?

29062023.22:09  

Jumat, 09 Juni 2023

SEHARUSNYA

 

Sering mendengar orang mengomentari sebuah keputusan kegiatan dengan, “seharusnya begini…..” “seharusnya jangan begitu…” seharusnya ….”. dan banyak lagi seharusnya mengomentari sesuatu pekerjaan atau kegiatan yang  belum sepenuhnya selesai atau pun yang sudah selesai. Tak ada keputusan tanpa resiko. Dan setiap berkeputusan untuk melakukan sesuatu pasti mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi. Resiko yang mungkin itulah yang banyak sekali cabangnya. Awalnya kemungkinan itu pasti sudah diperhitungkan dengan kemungkinan-kemungkinan berikutnya dari setiap opsi yang bisa dipilih. Dan, tidak semua berakhir dengan yang direncanakan. Ada banyak hal terjadi di dalam perjalanannya, baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan atau malah ada yang sama sekali luput dari perhitungan muncul menjadikan opsi pemilihan untuk selanjutnya berubah.

Opsi-opsi yang bisa dipilih sebenarnya sudah diperhitungkan. Tapi opsi itu bisa berkembang liar ketika dalam perjalanan tidak sesuai dengan kemungkinan yang dipilih. Setiap opsi yang muncul belakangan, akan muncul lagi opsi lain yang tak kalah banyaknya. Pilihan tetap harus ada, dengan resiko seperti di awal waktu pemilihan opsi dari berbagai banyak kemungkinan. Dari setiap opsi yang lahir dari praduga kemungkinan, selalu lahir resiko yang harus dihadapi jika memilihnya. Resiko yang timbul dipengaruhi oleh situasi, kondisi, dan ruang dan waktu pada saat terjadi. Meminimalisir resiko dan memilih pilihan dalam meminimalisir resiko, pun ada resikonya. Jadi, dalam menentukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan tidak bisa terbebas dari resiko. Menghilangkan sama sekali resiko adalah sebuah kemustahilan.

Jika kemudian muncul, “seharusnya begini….” Bisa saja yang dimaksudkannya sudah masuk dalam pilihan opsi, tapi dengan berbagai pertimbangan tidak dipilih, karena pada saat pemilihan ada praduga resiko yang lebih besar untuk dihindari. Resiko hanya bisa diprediksi besar kecilnya terhadap suatu kegiatan atau pekerjaan. Bisa saja resiko yang diprediksi sama sekali tidak berpengaruh atau bisa saja lebih fatal dari perkiraan.

Dan, jangan takut terhadap resiko. Nggak usah dipikirkan bila ada komentar; “seharusnya begini…”

13:40 09062023