Kekuasaan itu mengasyikkan, nikmat dan candu. Memanfaatkan kekuasaan yang sudah diperolehnya menjadi keasyikan tersendiri. Keasyikan yang terus berubah setiap saat dan setiap kesempatan. Keasyikan yang didamba semua orang pemburu kekuasaan. Jika kekuasaan tak mempunyai keasyikan, tak ada orang yang mau berburu dan berebut kekuasaan. Ia candu yang bisa melupakan segalanya. Melupakan norma-norma di sekitarnya. Mempertahankan, memanfaatkan kekuasaan dan memperoleh kemenangan menjadi menjadi keasyikan yang terus menerus dinikmati. Menjadi hobi.
Sebuah kesenangan tak begitu saja di tinggalkan, tak akan di buang. Jika memperolehnya dengan susah payah dan berdarah-darah, kenapa harus mudah melepaskannya demi apapun alasannya. Tak peduli alasan tentang kebaikan-kebaikan yang disarankan para pengamat dan para penonton. Mereka juga ingin berkuasa, ingin kekuasaan berada ditangannya.
Mempertahankan kekuasaan juga sebuah keasyikan. Memperolehnya juga mengasyikan. Dua-duanya bisa berjalan bersama supaya selama hidupnya kekuasaan tetap berada padanya, dan atau berada pada orang-orang di sekelilingnya supaya ia tetap berkuasa meski sudah tidak pada kursi utama kekuasaan. Untuk itu, membangun jaringan kekuasaan harus dibuat sebelum waktu dan aturan membatasi. Dibangun dengan cara apapun, memanfaatkan seluruh alat yang bisa dimanfaatkan.
Kekuasaan diperlukan jaringan. Jaringan kekuasaan tidak cukup satu dua kelompok yang tunduk padanya. Diperlukan banyak sekali orang dan kelompok-kelompok yang mendukungnya. Orang dan kelompok yang juga sedang membangun kekuasaan untuk mencari waktu yang tepat supaya kekuasaan berada pada genggaman tangannya. Mereka beternak jaringan kekuasaan. Saling terkait dan mencari waktu yang tepat untuk merebutnya. Mereka yang tergabung dalam lingkaran penguasa, juga sedang beternak kekuasaan agar menjadi penguasa utama, bukan sekedar ikut menumpang berkuasa. Mereka membangun bersama, bersama anak, sanak family, teman, karib. Mereka terus menerus beternak supaya kekuasaan tetap berada dalam lingkaran saudaranya, dalam lingkaran orang-orang dekatnya. Tak ada dari para peternak kekuasaan yang dengan rela menghibahkan kekuasaan pada orang lain yang ia sendiri menjadi samasekali tak berpengaruh dalam dinamika kekuasaan. Para peternak kekuasaan itu akan beternak terus menerus supaya anak, cucu, cicit dan semua garis keturunannya dapat berkuasa.
Mereka beternak dengan memikat rakyat, dengan bermanis-manis, berjanji, berbohong, merayu, bercitra baik, mengemis, mengelabui. Semua dilakukan. Mengesampingkan norma-norma yang masih dianggap berlaku. Karena kekuasaan itu nikmat. Memperolehnya pun nikmat.
Wnj.23:47 30.09.2024