Pemilihan Presiden tahun 2009, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ), yang dicalonkan oleh Partai Demokrat, berani menggandeng Budiono yang bukan anggota partai dan berhasil memenangkan pemilu satu putaran memperoleh suara 60% mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Keberanian SBY menggandeng Budiono yang bukan dari partai politik, pasti sudah dengan pertimbangan yang matang dan survei dari berbagai prespektif. Tahun 2019, Joko Widodo calon dari PDI-P menggandeng Ma’ruf Amin, orang dengan latar belakang pengurus MUI dan Nahdatul Ulama ( NU ), ‘yang bukan Partai politik’. Walaupun NU menyatakan diri bukan sebuah organisasi partai, tetapi anggota dan simpatisan Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) didominasi oleh orang-orang NU. Joko Widodo – Ma’ruf Amin berhasil memenangkan Pilpres dengan memperoleh suara 55,5 % mengalahkan Prabowo – Sandiaga Uno.
Dua calon Presiden sekarang ini, Prabowo dan Ganjar, beranikah memilih calon wakilnya dari tokoh yang tidak aktif di partai atau tidak mempresentasikan dari wakil partai tertentu? Sujiwo Tedjo? Emha Ainun Najib? Ustadz Abdul Somad? Atau bahkan, Rocky Gerung? Atau jika ia dari partai tetapi sosok kontroversial seperti Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).
Menjadi menarik jika tiba-tiba dua calon presiden itu salah satunya memilih Ahok sebagai calon wakil presidennya. Ahok yang dikenal cara bicaranya keras tanpa basa-basi terhadap semua pelanggaran dan berani, mempunyai simpatisan tersendiri. Meski Ia non muslim, banyak penganut Islam yang bersimpati pada Ahok dan berharap Ia menjadi pemimpin yang mampu merubah tatanan pemerintahan dan budaya Indonesia yang masih perlu banyak sekali perbaikan. Kita tunggu siapa yang akan di pilih dua calon presiden yang belum memilih calon wakilnya karena begitu banyak pertimbangan untuk memilih supaya skenario yang disusunnya berhasil.
Sebelum Anis Baswedan memilih Muhaimin Iskandar sebagai calon wakilnya, saya berangan-angan seandainya Anis memilih Ahok sebagai calon wakilnya dan Ahok setuju. Jika terjadi, pasangan ini akan menyatukan pertikaian sejak mulai digelar pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017, yang masih terus “dijaga” oleh pendukungnya. Anis yang santun memilih kata dan Ahok yang keras dan tak berkompromi terhadap semua pelanggaran dan ketidaksesuaian, akan menjadi pasangan yang saling mengisi untuk menjadi Indonesia. Tak ada yang pasangan yang sempurna memenuhi keinginan seluruh rakyat Indonesia. Ada kepentingan dan prioritas yang berbeda pada setiap individu dan kelompok.
Akankah Prabowo atau Ganjar dipasangkan atau memilih ahok sebagai cawapresnya? Akan sangat menarik jika salah satu memilihnya.
21:05 24.09.2023