Perasaan takut dipunyai semua orang normal. Takut itu perasaan ngeri atau
gentar terhadap sesuatu yang dianggap mendatangkan bahaya bagi dirinya atau
yang berkaitan dengan dirinya. Takut juga bisa karena merasa jijik atau geli
terhadap sesuatu. Perasaan takut ini membuat orang menjadi gelisah, berusaha
menjauhi, menghindari dan atau timbul rasa ingin melenyapkan obyek penyebab
rasa takut itu. Rasa gelisah dalam hati ini
menyebabkan jiwanya tidak tenang dan mempengaruhi fisik raganya mengekspresikan
kegelisahan. Rasa takut menyebabkan ketidaktenangan pada jiwa raga.
Jika kita mendengar atau membaca sebuah ungkapan ‘tetap tenang nggak perlu
takut’ pada sesuatu kondisi yang membuat ketakutan, dapatkah kita melakukannya?
Ungkapan itu sejatinya hanya setetes embun untuk menghilangkan dahaga. Sadar
setetes embun tidak mungkin menghilangkan dahaga, tetapi tetap saja diterima
karena tidak merugikan, terasa sedikit bikin adem dan menolaknya pun hanya
buang-buang energi, juga membuang sebuah kesegaran meski sedikit sekali.
Dalam menghadapi pandemi virus corona atau covid-19 yang sampai sekarang
belum ditemukan obat yang secara medis bisa dipertanggungjawabkan fungsinya,
membangun rasa tenang pada semua orang menjadi sebuah dilematis. Rasa tenang membuat
orang menjadi hilang rasa takutnya. Kehilangan rasa takut menjadikan sebuah
keadaan dengan tidak ada lagi sesuatu yang membahayakan. Pada kondisi seperti
ini, orang akan merasa tidak perlu berbuat apa-apa pada sesuatu yang sebenarnya
bisa saja menyerang kapan pun. Menghimbau orang agar tetap tenang seolah bisa
diartikan mengarahkan orang agar tidak perlu melakukan ‘perlawanan’ atau
berbuat apapun terhadap penyebaran virus corona yang menyerang hampir seluruh
negara.
Memberi himbaun agar tetap waspada secara terus menerus juga bisa membuat
orang menjadi paranoid. Himbauan atau peringatan secara halus yang dilakukan sering
dan terus menerus, telah dengan sendirinya membawa kita pada alam pikir bahwa
ada sesuatu yang harus diwaspadai, ada sesuatu yang berbahaya yang jika kita
tidak tenang dalam menghadapinya menjadi lebih parah. Himbauan semacam ini tetap saja tak membuat rasa takut
hilang.
Hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita harus memahami segala seluk
beluk obyek yang menumbuhkan rasa takut tersebut. Dengan memahami detail ‘penyerang’
kita bisa menghadapinya dengan benar dan membuat penyerang senjatanya menjadi
tidak berfungsi. Senjatanya dipatahkan dan kelemahnnya diserang. Meremehkan penyerang
bisa menjadi penyebab kefatalan.
Tenang sampai terlena itu membahayakan dan bersikap paranoid bisa berpengaruh
negatif ke fisik. Berlaku waspada, menyikapi dengan benar petunjuk para ahli dibidangnya
dan yakin kita mampu, mungkin bisa membuat kita selamat melewati masa kritis.
21:17_30042020