Label

Sabtu, 27 Mei 2023

INDONESIA vs AREGNTINA

Indonesia vs Argentina
 

Banyak sekali berseliweran vedio pendek, narasi, pamflet, satire di media massa yang menyambut pertandingan sepak antar Indonesia dengan Argentina yang akan diselenggarakan pada 19 Juni 2023. Sepakbola Argentina pada bulan April kemarin menduduki peringkat 1 dunia. Indonesia berada pada peringkat 149, bahkan di bawah Hongkong yang perkiraan saya jika Indonesia melawan Hongkong kemungkinan menang besar. Ada juga yang membandingkan harga Tim Indonesia dengan tim Argentina yang sangat jauh perpautan nilainya. Tentu bukan hal yang mudah untuk mendatangkan tim Argentina ke Indonesia. Saya kira tak ada keinginan dari Argrntina sendiri untuk datang bertanding dengan Indonesia di Jakarta dikarenakan sepakbola dan tim sepakbola Indonesia seperti narasi dari Lionel Messi. Banyak lobby dan cara untuk mendatang tim sekelas Argentina untuk datang ke Indonesia. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, pasti punya peran penting pada acara ini. Dengan pengalamannya di dunia sepakbola internasional, dan pernah menjabat presiden dan pemilik klub Inter Milan pada 2013-2018, komunikasi yang berkaitan dengan sepakbola tentu masih terjaga.

Mendatangkan tim sepakbola Argentina ke Indonesia saja, bagi saya merupakan sebuah prestasi. Ini akan menjadi kampanye persepakbolaan Indonesia ke seluruh dunia. Banyak negara yang ingin melaksanakan friendly match dengan negara sepakbola besar seperti Argentina. Momen ini pasti akan dimanfaatkan oleh Indonesia untuk kemajuan sepakbola Indonesia dan sektor lain, seperti pariwisata.

Para pengamat sepakbola dunia pasti akan ikut melirik para pemain dalam pertandingan itu. Jika ada beberapa pemain muda Indonesia yang menarik perhatian para pencari bakat klub-klub besar dunia, ini akan lebih menarik lagi bagi pasar bisnis sepakbola di Indonesia. Penduduk Indonesia yang berjumlah 270-an juta dan sebagian besar tertarik dengan olahraga sepakbola, merupakan aset yang sangat berpotensi menguntungkan dari segi ekonomi lewat jalur sepakbola. Barang dan jasa akan terus ditawarkan untuk menyedot uang.

Pemain Indonesia yang main di kasta kedua atau ketiga di klub-klub eropa saja, sudah menjadi kebanggaan penggemar sepakbola Indonesia dan setiap timnya bertanding, menjadi bahan berita dengan penyajian berita bermacam-macam. Apalagi jika ada pemain Indonesia yang main di klub elit Eropa dan menjadi pemain utama, penggemar sepakbola Indonesia pasti akan menjadi fans klub tersebut dan selalu menonton pertandingannya.

 

Jika.

Saya akan berandai-andai tentang pertandingan Indonesia Vs Argentina. Jika Argentina bermain serius dengan full tim terbaiknya dan Indonesia juga, berapa kemungkinan skornya? Secara realita, sangat bisa terjadi selisih gol yang banyak. Tapi, ada ungkapan, bola itu bundar, bisa saja pemain Indonesia bisa mengimbangi permainan Argentina dan Indonesia tidak kebobolan. Mustahil? Bukan sesuatu yang mustahil. Misalkan, para pemain Indonesia terus menerus mengepung pemain Argentina yang menguasai bola dan menjaga pemain lain yang kemungkinan di oper, dengan terus menerus bergerak dan berlari, bisa jadi kepiawaian para pemain Argentina akan tertekan, dengan skor hasil akhir, 0-0. Ini memerlukan kekuatan fisik yang hebat, dan ini bisa dilakukan. Bisa? Bisa saja.

Jika terjadi skor 0-0, permainan di lapangan benar-benar serius dan full team, publik sepakbola dunia percaya? Jika, entah bagaimana tiba-tiba Indonesia menang 1-0, ada orang yang percaya kalau seluruh pemain Argentina bermain dengan kemampuan sepenuhnya? Pasti semua berkesimpulan gol Indonesia sebuah hadiah. Apalagi jika Indonesia menang dengan selisih 3 gol. Jika gawang Indonesia yang terus menerus dibombardir pemain Argentina, tetapi tak satupun jadi gol, membentur tiang gawang, penyelamatan kiper yang gemilang, membentur pemain  dan apapun yang membuat tidak jadi gol, apakah publik dunia sepakbola percaya bahwa tidak ada energi magic yang terjadi di lapangan. Jadi, pepatah bola itu bundar untuk pertandingan Indonesia vs Argentina, tidak berlaku. Ini pertandingan eksibisi yang tujuannya untuk memberi semangat persepakbolaan Indonesia dan bisnis. Ini sebuah kebanggan dan hiburan bagi pecinta sepakbola Indonesia.

Ini adalah ajang promosi bagi pemain-pemain muda Indonesia untuk menunjukkan kalau dirinya layak untuk dipilih oleh pencari bakat untuk kemudian bisa main di liga-liga elit dunia.

12:09 170523

 

Selasa, 23 Mei 2023

GIBRAN


Menyebut nama Gibran, bagi penyuka sastra akan terbersit nama besar Kahlil Gibran, sastrawan kelahiran Lebanon yang karya sastranya mendunia. Dalam dunia politik Indonesia, nama Gibran juga tenar dan langsung mengarah pada sosok Jokowi, presiden Indonesia yang ketujuh. Gaya berpolitiknya juga meneruskan gaya ayahnya dengan dimodifikasi menyesuaikan alam politik sekarang.

Gerak-gerik Gibran selalu jadi sorotan mata politik Indonesia. Media sosial dan kabar selalu tertarik memuat tentang Gibran yang datar-datar saja kalau mengkomentari pertanyaaan ataupun komentar yang ditunjukan padanya. Menjadi ramai sekali ketika Gibran ketemuan dengan Prabowo Subianto yang (kemungkinan) calon presiden dan masih  menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Gibran bisa dengan mudah jadi Walikota Solo, tentu ada sumbangsih besar dari nama besar bapaknya. Nggak heran jika partai politik di Solo nggak ada yang berani memunculkan nama untuk melawan Gibran. Alhasil, lawannya dari jalur Independen dan bukan orang terkenal. Dan Gibran muncul di dunia politik dengan kepak sayap ayahnya dan memanfaatkan dengan baik. Popularitas kemudian dijaga dengan baik dengan gaya komunikasi yang datar-datar menjadikan prediksi-prediksi para pengamat politik terkubur dan kabur.

Gibran bertemu dengan siapa saja tentu boleh. Sebagai walikota dan juga sebagai warga negara, menghormati tamu yang ingin bertemu adalah sebuah kewajaran dan kewajiban. Dan, menjadi terasa lain ketika bertemunya Gibran dengan Prabowo Subianto yang (kemungkinan) calon presiden, di waktu menjelang pemilu yang calon lain sudah mulai sibuk merayu pemilih. Pertemuan Gibran dengan Prabowo pada hari Jum’at tanggal 19 Mei 2023 merubah peta politik Indonesia.

Jika, tiba-tiba, atau sebenarnya bukan tiba-tiba karena sudah disiapkan diam-diam, Gibran dicalonkan menjadi wakilnya Prabowo dalam pemilihan presiden tahun 2024, ini akan menjadi sangat menarik. Suara pendukung Jokowi bisa dipastikan menjadi pendukung Gibran meski tidak seluruhnya. Para pengamat politik kemudian sibuk menerka-nerka menurut instingnya gerakan Gibran dan ayahnya dalam mendulang suara pada pemilu 2024. PDI-P sebagai induk partainya Gibran mesti harus mengambil langkah taktis agar suara pendukung Jokowi yang juga suara PDI-P, meski tidak semua pendukung Jokowi adalah pendukung PDI-P, tidak mendukung Gibran yang jadi wakilnya Prabowo.

Yang dikhawatirkan sebenarnya bukan suara pendukung Gibran. Gibran belum punya pendukung yang menguncang peta politik Indonesia. Ia terkenal karena nasib baiknya jadi anak kandung Presiden yang banyak sekali pendukungnya. Tak ada yang bisa dijual dengan kiprahnya sebelum jadi Walikota Solo di dunai politik. Nama besar ayahnya membuat Ia bisa memanfaatkan kondisi politik dengan cantik dan kemudian menjadi salah satu tokoh politik yang menjadi perbincangan. Gaya ayahnya dipakainya dengan dipoles sana-sini menjadi nampak milenial, tampak tidak ambisius, sederhana dan datar-datar saja.

Gibran telah dipanggil DPP PDI-P untuk klarifikasi dan disampaikan tak jadi masalah. Pengurus DPP PDI-P maklum dan tak ada sangsi apa-apa. Tak ada sangsi ini tentu bukan tanpa ada pertimbangan lain, salah satunya kekuasaan dan kekuatan ayahnya di dunia politik Indonesia. Mungkin akan lain penyikapan DPP PDI-P jika yang melakukan ‘kekeliruan’ bukan Gibran. Menkondisikan internal partai supaya selalu kondusif, sebisa mungkin menutupi segala sesuatu yang bisa menggembosi suara partai menjadi pertimbangan utama dalam menghadapi pemilu 2024. Jika tak hati-hati mengambil keputusan, perpecahan partai bisa saja muncul dan suara partai berhamburan keluar kandang.

Gibran bisa saja sekarang nurut dan manut pada DPP PDI-P, supaya suasana tenang dan tak banyak tindakan politik untuk menghadangnya. Strateginya di simpan baik-baik sambil tengak-tengok mencari moment yang pas untuk mengejutkan dunia politik Indonesia. Sikapnya untuk memperoleh simpati rakyat terus dibangun dengan tampak natural tanpa kesan ambisius. Kemudian pada saat yang pas, Gibran menyatakan menjadi calon wakil presiden dari Prabowo Subianto. Ini hal yang sangat mungkin. Karena ‘waktunya’ Gibran pendek. Dimungkinkan popularitas Gibran akan surut jika Jokowi tak lagi Presiden. Megikuti jejak ayahnya, dari walikota Solo menjadi Gubernur Jakarta kemudian menjadi Presiden, sepertinya hanya menjadi nasibnya Jokowi.

Jika benar Gibran menjadi calon wakil presiden dari calon presiden Prabowo, akan menjadi hal yang luar biasa, sangat menarik dan mengejutkan. Jokowi akan menjadi king maker dari rangkaian proses pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Kejutan itu akan selalu ada.

Djayim, 22:43 230523

 

Minggu, 21 Mei 2023

MEMBACA JUDUL, KOMENTAR

Membaca sebuah berita dengan lengkap sampai akhir dengan berusaha memahami semua rangkaian kalimat seringkali terabaikan. Ketika membaca sebuah berita, sering hanya membaca secara cepat, sekilas, dan ingin segera selesai karena masih banyak lagi yang menarik dan perlu di baca. Bahkan kadang hanya membaca judul dan sedikit pengantar sudah merasa cukup untuk mengerti isi beritanya.

Jika kita kemudian membaca komentar di bawahnya (di media online), kita bisa menebak latar belakang, wawasan, perspektif, kecenderungan politik dan budaya, temperamen, sifat, karakter, agama, gaya hidup dan literasi dari si komentator.

Membaca komentar di media sosial itu mengasyikan, menggelikan dan menguras energi. Di Twitter, FB, IG. Ada komentar yang tidak ada kaitannya dengan isi inti dari berita di atasnya. Ada yang menghujat dengan kata-kata kasar seolah pendapatnya yang paling benar, yang tidak sesuai dengan pemikirannya dianggap bodoh dan sesat. Ada yang (sepertinya) sengaja bergagal paham untuk menyerang. Ada yang cengengesan menganggap sepele tak berpengaruh apapun. Ada yang sengaja di bikin joke, memplesetkan dan dikaitkan dengan sesuatu supaya lucu. Ada yang sok idealis dan sok suci. Ada yang sok pintar, menafsirkan dengan perspektifnya sendiri dan dikaitkan dengan teori yang pernah (sekilas) dibaca. Ada yang menyandingkan dengan agama atau aliran yang dianutnya dan menilainya dari sudut pandang kepercayaannya. Ada yang komentar yang runtut, apik dan ilmiah. Ada yang berkomentar terhadap komentator lain dan berlanjut saling menyerang. Ada juga yang menyempatkan mengiklankan dagangannya.

Literasi komentator dapat dibaca dari susunan huruf dan kata yang dituliskan. Latar belakang pendidikan dan wawasan sangat berpengaruh bagaimana ia menanggapi suatu berita. Hal yang paling ramai dan menggelitik jika membaca komentar tentang politik. Kalimat-kalimat satir, sarkasme, karikatur, gambar tokoh yang diedit, muncul dengan kreatifitas yang seperti tak terduga. Menggemaskan, menusuk, menggelikan dan mengejutkan. Politik memang sesuatu yang mengasyikan jika diikuti dengan pikiran dan hati yang biasa-biasa saja. Lain halnya jika kita menjadi bagian yang dukung mendukung partai atau tokoh politik tertentu untuk menduduki kursi politik. Banyak hal sepele yang didramatisir seolah jika seorang tokoh politik yang bukan pilihannya berhasil menduduki kursi kekuasaan, negara akan hancur dan rakyatnya akan sengsara. Padahal, sudah terbuktikan siapapun pemimpin yang terpilih, kehidupan bernegara tetap berjalan seperti biasa. Kekhawatiran-kekhawatiran para pecundang tidak sepenuhnya terbukti, tapi kemudian terus berusaha mencari dan mengkait-kaitkan supaya prediksi terbukti dengan banyak argumen yang disampaikan.

Akan tampak juga orang yang malas baca secara lengkap, apalagi memahami subtansi, lansung komentar pedas dan menyerang. Seperti langsung tunjuk hidung sambil menyemburkan seluruh amarah dan memuntahkan semua kekesalan. Ketidakhadiran langsung pada pelaku yang dikomentari memberikan ruang yang luas untuk berekspresi dan melupakan batas-batas kewajaran untuk berkomentar. Bahkan terlupakan juga bahwa jejak digital menjadi tersimpan di seluruh dunia yang bisa menjadi barang bukti membawanya masuk penjara jika masuk kriteria huku pidana. Jari lebih cepat bertindak menyusun kalimat meninggalkan akal pikiran yang sehat. Kalimat bijak yang sering diposting sekedar pemanis agar tampak bijaksana.

Membaca komentar tanpa berkomentar, mungkin menjadi cara berlatih bijak.

Djayim, 20:13 210523