Label

Minggu, 21 Mei 2023

MEMBACA JUDUL, KOMENTAR

Membaca sebuah berita dengan lengkap sampai akhir dengan berusaha memahami semua rangkaian kalimat seringkali terabaikan. Ketika membaca sebuah berita, sering hanya membaca secara cepat, sekilas, dan ingin segera selesai karena masih banyak lagi yang menarik dan perlu di baca. Bahkan kadang hanya membaca judul dan sedikit pengantar sudah merasa cukup untuk mengerti isi beritanya.

Jika kita kemudian membaca komentar di bawahnya (di media online), kita bisa menebak latar belakang, wawasan, perspektif, kecenderungan politik dan budaya, temperamen, sifat, karakter, agama, gaya hidup dan literasi dari si komentator.

Membaca komentar di media sosial itu mengasyikan, menggelikan dan menguras energi. Di Twitter, FB, IG. Ada komentar yang tidak ada kaitannya dengan isi inti dari berita di atasnya. Ada yang menghujat dengan kata-kata kasar seolah pendapatnya yang paling benar, yang tidak sesuai dengan pemikirannya dianggap bodoh dan sesat. Ada yang (sepertinya) sengaja bergagal paham untuk menyerang. Ada yang cengengesan menganggap sepele tak berpengaruh apapun. Ada yang sengaja di bikin joke, memplesetkan dan dikaitkan dengan sesuatu supaya lucu. Ada yang sok idealis dan sok suci. Ada yang sok pintar, menafsirkan dengan perspektifnya sendiri dan dikaitkan dengan teori yang pernah (sekilas) dibaca. Ada yang menyandingkan dengan agama atau aliran yang dianutnya dan menilainya dari sudut pandang kepercayaannya. Ada yang komentar yang runtut, apik dan ilmiah. Ada yang berkomentar terhadap komentator lain dan berlanjut saling menyerang. Ada juga yang menyempatkan mengiklankan dagangannya.

Literasi komentator dapat dibaca dari susunan huruf dan kata yang dituliskan. Latar belakang pendidikan dan wawasan sangat berpengaruh bagaimana ia menanggapi suatu berita. Hal yang paling ramai dan menggelitik jika membaca komentar tentang politik. Kalimat-kalimat satir, sarkasme, karikatur, gambar tokoh yang diedit, muncul dengan kreatifitas yang seperti tak terduga. Menggemaskan, menusuk, menggelikan dan mengejutkan. Politik memang sesuatu yang mengasyikan jika diikuti dengan pikiran dan hati yang biasa-biasa saja. Lain halnya jika kita menjadi bagian yang dukung mendukung partai atau tokoh politik tertentu untuk menduduki kursi politik. Banyak hal sepele yang didramatisir seolah jika seorang tokoh politik yang bukan pilihannya berhasil menduduki kursi kekuasaan, negara akan hancur dan rakyatnya akan sengsara. Padahal, sudah terbuktikan siapapun pemimpin yang terpilih, kehidupan bernegara tetap berjalan seperti biasa. Kekhawatiran-kekhawatiran para pecundang tidak sepenuhnya terbukti, tapi kemudian terus berusaha mencari dan mengkait-kaitkan supaya prediksi terbukti dengan banyak argumen yang disampaikan.

Akan tampak juga orang yang malas baca secara lengkap, apalagi memahami subtansi, lansung komentar pedas dan menyerang. Seperti langsung tunjuk hidung sambil menyemburkan seluruh amarah dan memuntahkan semua kekesalan. Ketidakhadiran langsung pada pelaku yang dikomentari memberikan ruang yang luas untuk berekspresi dan melupakan batas-batas kewajaran untuk berkomentar. Bahkan terlupakan juga bahwa jejak digital menjadi tersimpan di seluruh dunia yang bisa menjadi barang bukti membawanya masuk penjara jika masuk kriteria huku pidana. Jari lebih cepat bertindak menyusun kalimat meninggalkan akal pikiran yang sehat. Kalimat bijak yang sering diposting sekedar pemanis agar tampak bijaksana.

Membaca komentar tanpa berkomentar, mungkin menjadi cara berlatih bijak.

Djayim, 20:13 210523

Tidak ada komentar:

Posting Komentar