Label

Sabtu, 16 September 2023

TOLERANSI, memaklumi semua. (4)

Toleransi atau toleran itu menanggung, menerima dengan sabar atau menerima. Membiarkan juga masuk kategori toleran. Ada batas-batasnya? Siapa yang membuat batas-batas?

Jika semua orang yang mewakili perbedaan-perbedaan dikumpulkan untuk berdiskusi dalam membuat batas-batas toleransi, apakah mereka akan sepakat dengan latar belakang mereka yang berbeda-beda dan mempunyai ego yang harus dipertahahankan. Apakah demi toleransi mereka akan mengorbankan keyakinannya dan membiarkan batas-batas toleransi yang disusun melanggar batas keyakinannya yang seharusnya tak boleh dilanggar. Kalau terjadi saling mempertahankan ego batas toleransi, bagaimana menyusun batas-batas toleransi supaya bisa diterima semua kalangan. Selama ini, kita menyebut toleransi tanpa tahu batas-batasnya. Batas-batas itu ada hanya berdasarkan persepsi masing-masing orang pada kondisi tertentu. Padahal kondisi tertentu masing-masing orang berubah-rubah pada setiap waktu dan tempat yang berbeda. Kondisi psikologis, kesehatan, emosi, pengaruh,keyakinan, kepercayaan akan berperan dalam memutuskan secara individu batas mana masuk toleransi dan batas mana diluar toleransi dan boleh “ditegur”.  Cara menegur pun akan menjadi perdebatan lagi, yang masing-masing individu berbdeda cara dan pemahamannya.

Sesuatu kegiatan, bagi sebagian orang bisa hanya sebuah kegiatan yang biasa-biasa saja, atau tidak perlu dan tak ada gunanya, tapi bagi sebagian orang menjadi sebuah hiburan yang menyenangkan. Sebuah suara dari alat pengeras suara, bisa dirasa menganggu jika kondisi kita sedang tidak nyaman di hati, sedang tidak sehat atau sedang butuh ketenangan. Jika kita merasa terganggu oleh suara, baik itu suara kegiatan keagamaan atau pun suara dari kegiatan hiburan, apakah demi disebut ber-toleransi kita harus menyingkir? Misal, kita atau saudara kita yang sedang sakit, apakah layak dan patut jika kita menegur para pelaku yang membuat tidak nyaman dan mengganggu?

Menganggu itu definisi dan parameternya juga berbeda. Menyamakan parameter hal-hal yang mengganggu juga akan menimbulkan hal-hal yang sensitif jika berhubungan dengan toleransi, lebih-lebih masalah toleransi dalam beragama dan berkegiatan keagamaan dan keyakinan. Karena, apapun kegiatan keagamaan, sepertinya kita diharuskan maklum walaupun sebenarnya merasa terganggu. Dan menerima keadaan walaupun terganggu menjadi pilihan demi sebuah “toleransi”.

Membiarkan orang merasa terganggu dan menerima keadaan demi apa yang disebut toleransi, si pembuat ketidaknyamanan sebenarnya sudah berbuat intoleran. Harus ada saling memaklumi untuk tidak mengganggu, bukan hanya menuntut orang lain untuk menerima dengan sabar. Bertoleransi berarti siap menerima kalau orang lain ber-tidak sepakat terhadap kegiatannya. Karena merasa kegiatan beragama adalah kegiatan suci yang berhubungan langsung dengan Yang Maha Kuasa, kemudian beranggapan orang lain harus bertoleransi dan tidak boleh merasa terganggu, ini akan menjadi sebuah toleransi palsu yang menjadikan toleransi itu sendiri tercemar.

Memahami orang lain, tidak berbuat sesuatu yang orang lain terganggu dan memaklumi jika ada orang lain yang terganggu, tidak memaksa orang lain memaklumi kegiatannya, kemudian berbuat agar semua menjadi nyaman, itu toleransi.

22:58 16092023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar