Label

Sabtu, 06 Januari 2024

MENANG SPEKTATULER, HATTRICK

 Sering melihat tulisan di atas di banner pemilu 2024 yang dipasang oleh orang-orang PDIP? Pasti sering. Ada nuansa keyakinan yang tinggi dari tulisan tersebut. Semua yang ingin dicapai memang harus diyakini bahwa itu akan tercapai. Keyakinan akan menimbulkan dan menumbuhkan kekuatan untuk memperoleh cita-citanya. Cara memperolehnya berbanding lurus dengan keinginan yang ada dalam semangatnya. Semakin semangat, semakin banyak cara memperolehnya. Ide-ide akan selalu muncul di setiap kesempatan. Berganti waktu dan ruang, tumbuh pula ide dalam menyikapi untuk memperoleh kemenangan.

Sah-sah saja menyemangati diri dan kelompoknya. Tak ada yang salah dan tidak menyimpang. Wajar. Bagi kelompok dan simpatisannya, itu sebuah kalimat penyemangat yang harus dicapai, harus terwujud dengan berbagai cara. Dengan berbagai cara. Dalam politik, tak ada sebutan kata curang bagi kelompoknya, bagi pendukungnya. Bertindak curang itu hanya bagi orang atau kelompok di luar sana yang berseberangan. Melanggar aturan itu hanya berlaku bagi yang disana. Baginya, memanfaatkan situasi, kondisi dan segala tata aturan yang bisa disiasati adalah cara cerdas untuk menang. Semua pemain politik begitu. Saling tuduh melanggar, saling mengaku yang paling baik dan bersih. Bahkan cara-cara kotor pun dilakukan untuk memperoleh kekuasaan. Cara kotor menurut lawan politik, yang mereka juga memakai cara kotor lain yang merasa lebih baik dari yang lain.

Dalam perebutan kekuasaan, semakin lawan kelihatan semangat, maka akan lahir pula semangat yang lebih dari lawan-lawan politik yang sedang berebut kekuasaan. Jika ada yang sesumbar akan menang spektatuler, hattrick kemenangan, ini akan melahirkan semagat baru dari rahim yang semangatnya berlebih ketimbang jika tidak ada yang sesumbar. Kalimat hattrick, membangkitkan lawan politiknya tertantang ingin membuktikan kalau kemenangan hattrick akan hanya menjadi mimpi dan narasi kosong yang tertulis dibawah gambar-gambar politikus yang sedang berebut kekuasaan.

Kalimat penyemangat, mungkin akan tidak menimbulkan semangat dari lawan, jika hanya disampaikan di lingkungan internal saja. Tapi, bagaimana caranya? Kalimat penyemangat yang disampaikan secara diam-diam tidak akan efektif membakar jiwa untuk terus menerus berusaha supaya tercapai tujuannya. Atau setidaknya tidak dipamerkan di pinggir-pinggir jalan seolah sedang mencibir lawan politik yang sedang bersusah payah memperoleh kemenangan. Terlalu percaya diri menjadi nampak muncul kesombongan meski tujuan awalnya untuk penyemangat diri dalam berupaya.

Semua punya cara. Ada cara yang tersembunyi, disembunyikan dan cara yang dibiarkan orang lain atau kelompok lain melihat. Para kontestan politik saling mengintip, mencari celah, mencari cara berebut simpati para voter. Merayunya untuk masuk dalam kelompoknya, sebagai anak tangga yang satu persatu menjadi pijakan menuju kursi kekuasaan. Di kursi itu, para politisi akan memandang dari atas membaca situasi, memanfaatkan dan mempertahankan kekuasaan. Di saat yang tepat, dia akan hadir sebagai dewa penyelamat dari segala kesulitan sambil memperkokoh kaki-kaki kursi. Masing-masing datang, berbaju pahlawan dengan bertuliskan kata-kata penyemangat, aku harus menang, menang lagi dan lagi. Di situ, berkerumun akrab, saling senyum, saling sikut.

Djayim, 21:53 06012024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar