Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

MENJELANG MENYAMBUT MAGHRIB

soleh djayim. Air sungai yang mengalir hampir selalu keruh, tak begitu deras, tak juga tenang, tapi sering mengalir deras seperti banjir bandang pada saat waktu yang tak terduga, meskipun ketika tak musim penghujan. Tak tahu kenapa dan tak juga banyak orang   ingin tahu. Di bawah jembatan, agak di samping, seorang kakek hampir setiap hari di situ memancing. Di bawah pohon Kersen yang kulit batangnya sudah tampak tua dan banyak luka, Ia menggantungkan peralatan dan bekal memancing. Selalu tak lupa membawa buku. Sekira dua puluh kilo meter, aliran air akan sampai pada muara untuk berbaur dengan lautan luas dengan ombak yang selalu bergulung-gulung setiap waktu. Berbagai jenis, bentuk dan macam joran tertata di tas khusus yang boleh dikata setiap hari berganti-ganti. Berganti tas, berganti joran, berganti gulungan senar, berganti warna dan jenis senar, berganti sarung tangan, bergati pancing, berganti umpan, juga topi yang selalu dikenakan. Tak ada habisnya persediaan yang dibawa....

PURNAMA DI AKAR MANGROVE

Saat kaki Purnama masih terendam air sebatas mata kaki diatas pasir yang lembut dan anak-anak penyu berjalan menuju sarang meninggalkan bekas kaki di pasir basah,   Matahari bersiap meninggalkan hari. Warna jingga, kuning kemerahan, coklat gelap, dan kuning tak sepenuhnya kuning, mengantar ke persinggahan malam. Ia masih berdiri, berjalan perlahan seperti menghitung bekas tapak kakinya yang tergambar di pasir lembut kecoklatan. Angin berkesiur, deduanan pohon bakau yang akarnya mengelilingi batang pohon menancap di tanah pantai, berbisik bernyanyi, timbul tenggelam oleh ombak yang tak pernah berhenti.  Tak pernah bersemangat jika Purnama pergi meninggalkan batas laut dan daratan. Ia sering tertidur di pantai, di batu-batu tempat bersandar menghadap batas langit. Seorang kakek tua selalu menunggunya dengan sabar di gubuk kecil di atas pohon Panggang raksasa yang dahan-dahannya bergelantungan akar-akar kekar, diantara rerimbunan pohon bakau. “Kau tak ingin pulang ke kampungm...