Label

Senin, 03 November 2014

tertib

Menjadi sebuah kerinduan yang sangat ketika melihat sebuah ketertiban semakin jarang sekali terlihat. Tak habis pikir saya melihat begitu banyak orang yang dengan sadar melanggar hal yang mungkin dianggap sepele. Sama tak dimengertinya ketika saya juga ikut tertarik untuk ikut menikmati pelanggaran seperti itu. Ketika palang pintu kereta api di tutup untuk menunggu kereta lewat, saat kereta belum lewat para pengendara motor masuk dari sebelah kanan menyebrang lewt ujung palang pintu mendekat pada rela kereta. Mereka memang sudah hafal betul posisi kereta yang akan lewat. Mereka tahu posisi mana yang apabila dilanggar masih dalam kondisi aman, terutama untuk dirinya. Maka ruas kanan yang seharusnya kosong, penuh dengan dengan motor, karena hanya motor yang berkemungkinan seperti itu. Kenyamanan dan keselamatan orang lain tak terpikirkan samasekali. Tak ada perasaan perlu malu untuk menerobos. Mungkin mereka orang yang begitu sangat sibuk dan waktu menjadi sangat berharga sehingga memutuskan untuk melanggar.

Tak perlu mempertanyakan apakah dengan menyerobot jalan akan menjadikan waktu yang didapat bisa menjadi sangat berguna, atau bisa menambah penghasilan berupa uang atau hal lain yang bisa membikin nilai tambah untuk dirinya atau orang lain. Melanggar dengan berhasil dan selamat menjadi sebuah ‘petualangan’ tersendiri dan membikin bangga pada ruang batin yang berbeda. Sebuah kebanggaan yang aneh, entah kapan mulai tertanam rasa bangga seperti itu. Rasa bangga itu juga muncul ketika berhasil menerobos birokrasi yang sulit dengan lewat pintu belakang. ‘siapa bilang sulit, ini buktinya saya bisa tembus. Ini Indonesia bro, masih selalu ada celah untuk ke sana.’

Kebiasaan melanggar aturan menjadi hal lumrah di negeri kita. Coba saja kita berhenti ketika lampu kuning baru menyala, tentu timbul perasaan khawatir akan tertabrak dari belakang dan akan merasa biasa-biasa saja jika melewati lampu kuning. Lebih parah lagi kalau bisa menerobos lampu merah yang telah menyala beberapa detik dengan santai dan selamat.

Ada perasaan menuduh bodoh pada orang yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk melanggar agar lebih cepat. Disiplin dengan melewati tahap demi tahap dalam mengurusi sesuatu menjadi hal yang terabaikan dan menjadi pilihan terakhir yang harus terpaksa ditempuh setelah cara curang tak berhasil. Maka menjadi orang disiplin pada kondisi tertentu harus juga berlapang dada jika ada orang yang nyalip menerobos memotong waktu. Ini kondisi yang harus diterima.

Kapan Indonesia menjadi tertib dan teratur di segala tempat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar