KOMPETISI, KEKUASAAN
Orang yang ikut turun gelanggang dalam sebuah kompetisi, siap nggaksiap tentu harus menerima konsekuensi sebuah kekalahan. Jika di awal mula sebuah kompetisi dengan tenang, tegar, tegas dan tanpa ragu menyatakan siap lahir batin untuk menerima sebuah kekalahan jika harus kalah, tetapi di kemudian hari ketika kompetisi berakhir dan ternyata kalah, kesiapan hati dan pikiran untuk menerima kekalahan dengan legowo menjadi berubah tidak legowo, tentu banyak faktor yang mempengaruhi. Berbagai strategi dan alternatif kemungkinan yang ditempuh dengan segala pertimbangan untuk memenangkan kompetisi yang menguras pikiran, kesabaran, kejelian dan biaya dengan satu goal kemenangan, menjadikan fokus pikiran dalam sepanjang kompetisi melupakan bagaimana menata hati dan pikiran untuk menerima kepahitan sebuah kekalahan. Sedikit orang yang menerima sebuah kekalahan dengan legowo dan benar-benar mengakui keunggulan lawan. Seringkali orang (perorangan atau kelompok) yang kalah dalam kompet...