Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

MENERIMA KEKALAHAN SEBUAH UTOPIA

Menerima sebuah kekalahan dengan lapang dada menjadi sebuah hal yang sulit, jika kemenangan yang terasa sudah sangat dekat tinggal ‘memetiknya’, ternyata saat usai perlombaan atau pertandingan, yang didapat adalah kekalahan. Sebuah advice yang didatangkan sendiri dari langit, hanya mengoles sedikit luka dan segera kembali menyayat. Semakin diingat, semakin menambah parah rasa dan menumbuhkan dendam terus bergemuruh. Mengingatnya, meski sudah tahu tidak baik dan hanya memupuk rasa kesal yang berkepanjangan, tapi nyatanya, membuang ingatan itu sebuah kesusahan yang malah menambah beban. Lebih parah lagi jika kalah dalam merebut kekuasaan. Kalah dalam perebutan kursi dalam lingkup politik yang terus bergerak saling mecari posisi meraih kekuasaan. Mecela dan memaki pemenang menjadi salah satu jalan untuk melampiaskan kekesalan sambil terus memupuk dendam. Tak tersadari juga apa yang dilakukannya dalam berkompetisi merebut kekuasaan, dirinya pun, melakukan kecurangan. Curang yang dilaku...

MEMPROVOKASI, CARA PICIK MEREKA?

Gambar
Pemain muda Myanmar bernomor punggung 4, Thaw Zin Htet, itu sengaja menganggu kiper Indonesia, Ernando Ari Sutaryadi, dan membuat Ernando sedikit melakukan gerakan yang membuat pemain Myanmar itu memanfaatkan momen untuk terjatuh, dibuat terguling guling dan seperti merasa sangat kesakitan. Sebuah kelakuan yang menjijikkan. Tapi yang namanya usaha, apapun dilakukan meski dengan hal yang tidak enak dipandang. Dan rupanya, Thaw Zin Htet, berhasil mengelabui wasit sehingga wasit menunjuk titik putih dan mengkartu kuning kiper Garuda Muda. Terjadilah gol. Saya sendiri seandainya jadi pelatih, tidak akan membiarkan anak asuhnya bermain tidak sportif, diving dan sengaja memprovokasi lawan agar emosi dengan harapan lawan mendapat peringatan kartu dari wasit. Dan Ernando mestinya tak membuat sedikit gerakan yang dimanfaatkan pemain lawan yang memang sengaja memanfaatkan reaksi. sangat konyol dan bodoh jika mengatakan sebuah kelalaian memasang Bendera Indonesia dengan terbalik. dan sangat...

KOMENTAR DI MEDSOS

Gambar
“Mas, pernah nggak kamu membaca komentar-komentar dari foto, video, artikel, berita atau apa saja yang di-upload di internet.” “Sekali-kali pernah juga membacanya. Tapi kalau komentarnya sampai banyak sekali dari sebuah uplod -an, ya nggak semua dibaca. Memang kenapa?” “Komentarnya pada sesuka hati. Seperti tidak tahu perasaan orang lain. Yang lebih mengerikan lagi, pada saling serang dan melecehkan, dan merendahkan. Apalagi kalau masalah politik atau beda kepercayaan dalam agama.” “Ya, itu karena mereka yang terlibat pada merasa paling benar dan merasa taka ada kebenaran lain.” “Terus saling menantang, saling mengancam, saling merasa paling berani, saling merasa tak ada yang boleh lebih dari ‘saya’, saling ini, saling itu..” “Kamu ikut berkomentar?” “Pernah hampir ikut koment. Baru saya tulis tapi urung saya post-kan, karena takut ikut terlibat emosi dan terbawa arus.” “Kamu bisa netral nggak kalau baca begituan?” “Selalu berusaha netral dan obyektif. Tapi, kad...