Label

Kamis, 02 Agustus 2018

MEMPROVOKASI, CARA PICIK MEREKA?


Pemain muda Myanmar bernomor punggung 4, Thaw Zin Htet, itu sengaja menganggu kiper Indonesia, Ernando Ari Sutaryadi, dan membuat Ernando sedikit melakukan gerakan yang membuat pemain Myanmar itu memanfaatkan momen untuk terjatuh, dibuat terguling guling dan seperti merasa sangat kesakitan. Sebuah kelakuan yang menjijikkan. Tapi yang namanya usaha, apapun dilakukan meski dengan hal yang tidak enak dipandang. Dan rupanya, Thaw Zin Htet, berhasil mengelabui wasit sehingga wasit menunjuk titik putih dan mengkartu kuning kiper Garuda Muda. Terjadilah gol. Saya sendiri seandainya jadi pelatih, tidak akan membiarkan anak asuhnya bermain tidak sportif, diving dan sengaja memprovokasi lawan agar emosi dengan harapan lawan mendapat peringatan kartu dari wasit. Dan Ernando mestinya tak membuat sedikit gerakan yang dimanfaatkan pemain lawan yang memang sengaja memanfaatkan reaksi.
sangat konyol dan bodoh jika mengatakan
sebuah kelalaian memasang Bendera Indonesia dengan terbalik.
dan sangat bodoh jika mengatakan tidak tahu bendera Indonesia.
Anak-anak muda tim Garuda melakukan protes keras, beruntung kapten tim, David Maulana, berhasil meredakan rekan-rekannya dan kembali bermain dengan semangat penuh. Emosi masih terkendali dan menerima apapun keputusan wasit. Ya, menerima apapun keputusan wasit adalah cara yang harus dilakukan, karena wasit-lah yang memutuskan semua peraturan-peraturan yang diterapkan di lapangan.
Emosi pemain di lapangan saat bertanding kerap kali menjadi titik lemah tim dan berujung pada kekalahan. Rupanya gampangnya pemain Indonesia ( senior maupun junior) diprovokasi dimanfaatkan betul oleh pemain-pemain lawan. Malaysia sering sekali memanfaatkan ketidakastabilan pemian Indonesia mengontrol emosi saat diprovokasi. Permainan Indonesia yang sering dengan teknik yang lebih baik dari Malaysia, berujung dengan kekalahan karena terpancing provokasi lawan. Dan Malaysia tahu betul itu kelemahan Tim Indonesia.
Provokasi itu juga sekarang dilancarkan oleh anak kecil dari Malaysia yang juga masuk Tim AFF U-16 bernama Amirul Ashrafiq Hanifah. Hal sangat tidak santun dan memperlihatkan niatan tidak baik juga gambaran dari pendidikan yang kurang baik. Bagaimana mungkin di jaman yang semua bisa terhubung dengan internet, atau, -mungkin ia tidak bisa browsing tentang bendera di dunia- Ia sengaja mengunggah di instatory miliknya dengan memasang bendera Indonesia secara terbalik. Jika Ia benar-benar tidak tahu, ia benar-benar anak yang bodoh dan perlu belajar banyak. Menjadi timbul curiga juga jika Ia sengaja memasang bendera Indonesia secara terbalik untuk meprovokasi pemain Indonesia. Gambaran orang-orang negeri Jiran-kah? Semoga tidak.
Karena dalam Sea Games 2017 di malaysia pun, pemasangan bendera Indonesia dengan terbalik menjadi hal yang tidak mengenakkan. Pihak Malaysia pun meminta maaf atas insiden itu. Menurutnya tidak ada kesengajaan, dan sekarang, anak kecil itu melakukan ketidaksengajaan-kah? Jika sekedar hanya minta maaf, anak kecil umuran lima tahun pun bisa mengucapkan maaf, dan juga dengan alasan tidak sengaja, adalah alasan konyol yang sangat bodoh. Apakah berbuat konyol di negeri sana sebuah hal biasa dan kebiasaan?
Reaksi netizen Indonesia pun bermunculan menuliskan ketidaksenangan sampai ancaman pembunuhan terhadap Amirul Ashrafiq Hanifah. Ancaman tersebut membuat menpora malaysia, Syed Saddiq Abdul Rahman, menganggap ancaman seperti itu tak bisa ditolerir dan dan meminta FAM ( PSSI-nya Maaysia ) melaporkan pada pada AFF.
'kelalaian' juga? apa kecerobohan..?
Tak akan ada asap kalau tidak ada api. Kita akan baik-baik saja jika tak ada kesengajaan provokasi. Sebuah penghinaan yang dilakukan dengan sadar dan tidak hanya sekali, itukah sebuah kelalaian? Apa mereka yang sengaja memprovokasi cukup meminta maaf kemudian berlari ke dapur sambil teriak-teriak, “Saya laporkan nanti..!”ketika ada rekasi dari sebuah provokasi. Memperbaiki diri mungkin akan lebih baik daripada hanya sekedar minta maaf untuk membuat kesalahan yang sama seperti seekor keledai.
Bagi Tim Garuda Muda, menjaga diri agar tidak terprovokasi lawan dan tetap bermain sesuai dengan arahan pelatih, itu hal yang selalu diingat bersama dengan rasa patriotisme yang tak pernah padam. Sengaja memprovokasi lawan adalah perbuatan hina yang menjijikan dan menandakan ketidakpercayaan diri. Biarkan musuh memprovokasi, anggap angin lalu, atau bila perlu manfaatkan provokasi lawan agar menjadi keuntungan kita.
Sangat disayangkan, ketika melawan Vietnam pun, pemain kita, Bagas Kaffa mendapat kartu merah karena diprovokasi dan tak bisa mengambil keuntungan ketika lebih dulu dipukul pemain Vietnam yang juga dikartu merah. Andai saja Bagas tak balas memukul dan “memanfaatkan” momen dirinya di pukul, mungkin hanya pemain Vietnam yang di kartu merah, meski cara seperti ini saya kurang begitu suka. Kontrol emosi dan menghormati apapun keputusan wasit dengan terus bertindak sportif, rupanya masih perlu ditekankan lebih intensif pada pemain kita.
Secara keseluruhan, permainan Garuda Muda pada gelaran Piala AFF U-16 saat melawan Vietnam, kontrol emosi cukup baik dan terkontrol, meski ternoda.
02082018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar