Label

Sabtu, 01 April 2023

PAMER (FLEXING)

Flexing, pembahasan di media sosial sudah mulai surut. Saling gertak antara Menkopulhukam Mahfud MD, dengan anggota komisi III DPR dan berita tentang Teddy Minahasa sedikit merubah arah sorot perhatian di tambah gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Semua cepat berubah. Semua ada yang membela dan ada yang mencerca dan banyak yang no comment. Begitulah media sosial. Nggak tahu banyak spesifik tentang sesuatu, langsung komentar berdasarkan penalarannya sendiri dengan semangat menggebu-gebu. Seperti, mengalahkan musuh dengan membantai sehabis-habisnya. Padahal belum tentu apa yang disampaikan pas.

Flexing itu pamer. Bagi Sebagian orang menjadi sebuah kebahagiaan dan kebanggaan. Kenapa harus pamer pada orang di luar tentang keadaan dirinya yang bahagia dengan segala yang ia punya dan bisa, karena itu membuat bahagia dan bangga. Bahagia dan bangga itu yang memuaskan mereka yang flexing dan lupa akibatnya di kemudian hari. Baru setelah menjadi hal yang tidak mengenakan terhadap keluarga, suami, istri dan anak-anak, mereka berkelit, berusaha menetralisir dengan berbagai cara dan upaya. Tapi jejak digital begitu jahatnya bagi mereka. Semua terekam dan bisa dimunculkan dengan berbagai rupa, di edit dan di modifikasi sesuai keinginan dan tujuan si pembuat.

Pamer kekayaan bisa jadi sebuah balas dendam terhadap keinginan di masa lalu yang keinginan itu tak terus menerus menumpuk tak ada batasnya. Ketika semuanya bisa dan merasa lebih dari orang lain di sekitarnya, atau dari teman-teman atau dari kenalan-kenalannya, maka balas dendam terhadap keinginan masa lalu itu merasa perlu dipamerkan agar orang lain di luar sana tahu kalau ia sudah bahagia dan serba ada, serba bisa dengan kekayaannya. Dan pamer itu juga menjadi membuatnya bahagia.

Pamer dalam urusan marketing adalah sebuah keahrusan untuk menarik minat pembeli. Tanpa orang tahu tentang sebuah produk barang dan jasa beserta kegunaannya, tak akan laku barang dan jasa tersebut. Maka berbagai cara ber-pamer di sajikan dalam berbagai bentuk sajian yang kadang kita tidak sadar bahwa sedang dibujuk untuk membelinya. Dan, pamer kemewahan lebih bertujuan agar semua yang melihat tahu kalau ia sudah bisa apa saja dan bahagia dan bangga dengan apa yang ia bisa. Dalam marketing juga sering diselipakan tentang kemewahan seseorang yang dikaitkan dengan barang atau jasa yang ditawarkan. Juga disajikan bagaimana bahagianya sebuah kemewahan.

Kemewahan memang membuat bahagia. Setiap orang berbeda-beda perspektifnya dalam mengartikan dan menikmati sebuah “kemewahan”. Mewah tak harus mahal jika ditilik dari segi, mewah membuat bahagia. Sebuah hal sederhana bagi seseorang disuatu tempat menjadi hal yang mewah bagi orang lain yang baru menikmatinya.

Jika kemudian pamer kemewahan menjadikannya dibully dan diserang, maka bukan kebahagiaan yang didapat tapi sebaliknya. Tidak semua orang bahagia melihat orang lain bahagia dan tidak semua orang ikut bersedih melihat penderitaan orang lain. Jika pengin bahagia dengan kemewahan, cukup disimpan dalam ruangnya sendiri.

09:53  01.04.2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar