Bola memang bundar, dan bola itu
bundar yang sering menjadi sebutan bisa saja terjadi hal-hal yang di luar
dugaan. Di luar perhitungan statistik dan catatan kemampuan para pemain. Banyak
faktor yang untuk memperoleh kemenangan dari sebuah pertanding sepakbola. Faktor-faktor
itu diramu sehingga menjadi saling mendukung untuk sebuah kemenangan. Ramuan kekuatan
dan strategi dalam pertandingan bisa kalah oleh sebuah keberuntungan yang tak
terduga. Keberuntungan itulah yang sering disambungkan dengan istilah bola itu
bundar.
Di pertandingan tanggal 15
Nopember 2024, Indonesia membawa ‘bola itu bindar’ untuk melawan Jepang. Para pemain
Jepang yang banyak bermain di liga Eropa dan sering bergabung bersama-sama
dalam pertandingan, melawan tim Indonesia yang masih belum match karena
beberapa pemain masih baru masuk tim dari proses naturalisasi, menjadi tak
terbendung meski main di kandang Indonesia. Semangat yang tinggi dan pantang
menyerah menjadi tambahan bagi Jepang untuk meraup kemenangan. Dan empat gol tanpa
balas sepertinya bukan hasil dari ekstra kerja keras. Mereka membuktikan
dominasinya di Asia dan kesiapan masuk piala dunia sudah disusun dengan baik.
Jepang bertengger di puncak klasemen dan Indonesia terpuruk di dasar klasemen. Menyedihkan
bagi para pecinta sepak bola, meski masih ada opsi peluang untuk lolos.
Indonesia Usia Muda.
Jika menonton para pemain
Indonesia dibawah usia 20, kita sepertinya punya harapan besar. Dari jamannya
Evan Dimas sampai sekarang pun, Indonesia masih baik di tingkat Asia. Tapi,
entah kenapa ketika masuk tim senior, kehebatan mereka ketika masih remaja
tidak terbawa. Seperti ada tangga
pemisah yang membuat kehebatannya hilang dan hilang terlalu dini. Mereka
juga pasti menyadari, tapi kesadarannya tak cukup untuk menjadi tetap hebat. Atau
bisa jadi masa keemasan pemain kita saat dibawah usia dua puluhtahun sedangkan
masa emas pemain negara lain ketika sudah diatas usia duapuluh tahun. Atau para
pemain kita sudah merasa cukup penghasilan dengan bermain di liga Indonesia sehingga
malas untuk terus menerus berlatuh mengasah kemampuan. Berlatih terus menerus
yang membosankan.
Dulu, saya orang yang tidak
setuju dengan naturalisasi pemain sepakbola. Meski mereka masih ada darah
Indonesia, sepertinya lebih bangga jika kita menang dengan para pemain lokal
produk dari Indonesia sendiri. Tetapi harapan-harapan untuk memperolah
kemenangan dan mnejuarai sebuah even pertandingan, berakhir dengan kecewa. Sampai
kemudian saya menjadi setuju dengan naturalisasi pemain dan hasilnya cukup
menggembirakan meskipun belum memuaskan. Saya berharap dengan adanya pemain
naturalisasi, para pemain asli Indonesia menjadi semangat untuk meningkatkan
kemampuannya sehingg bisa bersaing menjadi pilhan mewakili Indonesia.
Harapan selalu ada. Semangat Jepang
bisa menjadi contoh untuk dipelajari dan dikembangkan di negara kita dengan
landasan budaya dan semangat pantang-menyerahnya Indonesia. Jepang adalah
negara yang pernah hancur dan kemudian berjingkat bangun segera bangkit menjadi
negara maju yang masih terus menjaga tradisi nenek moyang. Dan dengan karakter
semangatnya kita, suatu saat nanti Indonesia akan bisa mengalahkan Jepang di
kandangnya lebih dari 4 : 0
Sepakbola Indonesia akan menjadi maju
yang akan menjadi lawan berat negara manapun jika benar-benar mempersiapkan
seluruh potensi menjadi pemain sepakbola yang berkarakter baik, penuh semangat,
pantang menyerah dan ingin selalu menjadi terbaik.
Kenapa perbincangan harus
sepakbola?
djayim, 22:48
17.11.2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar