Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

DANGDUT WAS DEATH

Musik Dangdut, sebagi musik asli Indonesia mengalamai pasang surut dalam lembaran sejarah Budaya Indonesia. Di era 70an, mereka yang kurang menyenangi musik Dangdut sering   menyebut musik Dangdut sebagai musik kampungan. Musik dangdut yang pada era itu kedengaran sederhana dianggap musik yang hanya digemari oleh orang-orang pedesaan. Tapi, tak dapat dipungkiri, para penikmat dan penyuka musik dangdut menyebar diseluruh pelosok negeri. Sebutan musik Dangdut tadinya sebagai olok-olok kalau musik dangdut itu didominasi suara gendang dengan bunyi ‘dang dut’ dan dianggap sebagi bentuk rendah budaya popular pada era itu. Musik Dandut juga sering disebut Musik Melayu, karena musik ini berkembang dari core musik melayu. Musiknya yang mudah dinikmati dan gampang dimainkan menjadi lebih cepat berkembang dibandingkan genre musik lain seperti musik jazz atau yang lainnya. Pada dasarnya, kebanyakan orang berkeinginan untuk bisa menikmati apasaja, termasuk musik dengan sederhana tetapi da...

MEREKA TERUS BERCERITA TENTANG KEUNGGULAN NEGARA LAIN.

Tidak semua yang di negara lain baik. Tidak juga banyak hal jelek di negara kita. Kenapa saya sering sekali mendengar orang berbicara keunggulan negara lain saat berbicara tentang sebuah kemajuan. Sepertinya mereka hanya mau mendengar keunggulan negara lain dan menutup telinga ketidakbaikannya dan hanya mau mendengar kejelekan negara sendiri dan menutup telinga untuk keunggulan negara sendiri. Sering kali saya merasa tak nyaman jika ada orang yang menggebu-gebu memperolok negara sendiri dan begitu semangat membandingkan dengan negara lain yang katanya jauh lebih baik, padahal ia tak pernah berkunjung ke negara lain. Ia sepertinya merasa berpengalaman dan merasa pintar dengan mencari kelemahan negara sendiri sedang ia sendiri tak pernah memulai untuk berbuat baik seperti yang Ia ceritakan tentang negara lain. Sewaktu kebebasan pers masih terkungkung dan hanya mendengar cerita baik tentang negara kita dari media massa, hal yang dapat kita peroleh dari itu adalah kecintaan d...

Hak Tinggi

Saya tak tertarik dengan hasil yang diinginkan dari seorang perempuan muda dengan sepatu berhak tinggi, mungkin tujuh centimeter. Mungkin ini sedikit menyakitkan jika perempuan itu tahu kalau memakai sepatu hak tinggi-nya ternyata tak membuat semua orang memperhatikan. Sebuah keinginan mesti harus mengorbankan keinginan lainnya. Berkeinginan untuk tampil modis, cantik, menawan dan anggun dengan sepatu hak tinggi pasti akan mengorbankan bagian tubuh lain yang harus bersusah payah menyesuaikan kondisi yang tak biasanya dalam keseharian. Sekujur kaki tentu tak nyaman, pinggang mungkin juga tak nyaman, dan yang lain yang saya tak tahu karena belum pernah mencobanya. Saya kira sudah setengah hari lebih perempuan muda itu, bersusah payah berjalan agar terjaga keseimbangan, menata setiap langkah agar tak ada sedikit pun benda yang bisa terantuk. Beridiri tegak agar badan tampak lurus, menjaga posisi kepala dan dagu. Karena sepasang sepatu berhak tinggi, seluruh bagian tubuh harus menyesu...

IKLAN DI TENGAH PERTANDINGAN SEPAKBOLA.

Siapapun penggemar sepakbola tentu tak suka jika dalam menonton pertandingan sepakbola secara live, secara tiba-tiba, bukan dalam jeda istirahat, nongol iklan. Ini sebuah blunder bagi si pemasang iklan. Saya langsung berkeluh kesah dan ‘bersumpah’ kecil tak akan membeli produk yang di iklan dengan cara itu. Sepertinya mereka sengaja mengganggu kesenangan orang yang khusu menikmati setiap detik kejadian yang sedang berlangsung. Tak peduli apakah di pertandingan sedang berhenti sebentar karena ada pemain yang cedera atau ada hal lian,  harus tak ada hal lain yang mengganggu. Semua harus terfokus pada pertandingan. Jika orang yang mengurusi tentang periklanan di perusahaan produk yang nongol pada saat yang tidak tepat itu temanku, pasti sudah saya ceramahi dengan nada nemaki.  Saya tak mengerti kenapa si pemasang iklan sampai berpikiran untuk memanfaatkan momen itu untuk menawarkan produknya. Apa mungkin jika ia adalah orang yag merasa tak terganggu dan nyaman-nyaman saja ji...

NENEK YANG NGEBEL TERUS DI KERETA

Dalam sebuah perjalanan dengan kereta ekonomi, saya sebenarnya risih mendengar nenek, mungkin   lebih pasnya jika disebut setengah nenek, yang terus menerus menelpon entah siapa saja, dengan suara yang sesukanya seperti dalam rumah sendiri. Kerabat (mungkin cucu-cucunya) yang bersamanya pun tampak risi. ‘Kerelaan’ mereka yang duduk didekatnya membiarkan nenek itu tetap berkicau, sepertinya sudah hafal betul kalau si nenek tak mungkin diberi masukan agar tidak terlalu keras bicaranya. Maka menghela nafas dengan sembunyi-sembunyi yang mereka lakukan.  Tidak ada yang penting semua yang aku dengar. Hanya seperti tegur sapa seseorang dengan yang lain pada saat berpapasan. Tapi, mungkin menjadi berbeda bagi si nenek itu. Ia nampak begitu sumringah berkabar tentang dirinya yang sudah di kereta dalam perjalanan pulang. Entah pada siapa saja yang bertempat entah di mana saja. Saya bayangkan, jika arah pembicaraan pada seseorang yang berbeda-beda tempat itu digambarkan sepert...