Label

Kamis, 02 September 2021

PAHLAWAN PERANG.

 Membahas perang lagi setelah sebelumnya ‘mengapa, perang’.

Perang itu sebuah pekerjaan berat jiwa raga. Mempertahankan sebuah keyakinan bahwa misi dalam berperang adalah sebuah kewajiban yang harus dilakoni dan lari dari gelanggang adalah sebuah pengkhianatan yang tak terampuni. Pilihannya hanya satu tujuan, maju untuk menang. Untuk menang harus menguasai musuh. Jika musuh terus melawan tanpa menyerah, membunuh adalah cara untuk menguasainya supaya musuh yang masih tersisa sedikit mau menyerah.

Perang itu kegiatan saling membunuh, saling merusak, saling meneror, agar musuh mau tunduk dan diakuasai.

Jika perang telah usai dengan ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang, lahirlah pahlawan perang bagi masing-masing kubu. Siapakah pahlawan perang? Yang paling banyak membunuh? Yang banyak menyelamatkan jiwa? Yang membuat perang menjadi batal dan berdamai?

Jika pahlawan perang adalah orang yang paling banyak membunuh, ia adalah pembunuh sesama manusia. Di pihak lawan, seorang yang paling banyak membunuh rekannya akan disebut bandit keparat yang harus di bunuh. Seorang penghianat akan disebut juga sebagai pahlawan bagi kubu yang diuntungkan dengan penghianatannya. Bagaimanakah rasa-bangganya menjadi pahlawan perang? Seorang pahlawan perang karena banyak membunuh lawan untuk menyelamatkan rekannya, terbayangkah di benaknya saat tubuh-tubuh bergelimpangan meregang nyawa karena peluru yang disemburkan dari senapannya? Merasa berdosakah ketika teringat muncratan darah dari lubang-lubang luka di tubuh oleh terjangan peluru karena jari telunjuknya yang terus menarik pelatuk bedil? Berbanggakah menyandang gelar pahlawan dengan banyak membunuh?

Sebuah ego kelompok yang masing-masing berbeda keyakinan menjadi motivator untuk menguasai kelompok lain. Tak ada yang mau mengalah, tak ada sepakat, maka perang menjadi pilihan meski harus dibiayai dengan sangat mahal.

Sebagai pelipur lara gelar pahlawan perang sebagai penghapus ingatan telah menjadi pembunuh bagi banyak orang sesama manusia sebagai makhluk Tuhan.

djayim, 23:39.01.09.21

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar