Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

KEGELISAHAN

berharap itu lumrah, manusiawi, wajar tanpa pengecualian. Berbuat sesuatu tanpa punya harapan itu sebuah keistimewaan yang lebih ke arah anomali. Bahkan berbuat sesuatu dengan sangat ikhlas pun, masih berharap kepada Alloh SWT yang akan membalasnya. Berharap kepada Alloh SWT dalam kontek ikhlas pun, masih berharap lagi, semoga Alloh memberikan seperti yang diharapkannya. Ketika harapan tidak sesuai dengan keinginan, akan lahir sebuah kegelisahan. Kegelisahan akan membuat siksaan baru jika harapan yang tidak sesuai dianggap sebagai kesialan. Lebih parah lagi ditambah dengan diingatnya kesialan-kesialan lain di masa lalu yang sengaja di hadirkan agar anggapan dirinya itu “sial” itu benar-benar sial. Berpasrah diri sebagai cara untuk membuang kegelisahan. Pasrah dengan tidak melakukan apa-apa adalah sebutan yang tidak tepat untuk disebut ‘pasrah’. Melakukan sesuatu dengan maksimal dan terus berusaha dengan menikmati proses usaha, menjadikan setiap waktu yang dilalui menjadi teras...

TOLERANSI PADA INTOLERAN

Belakangan ini, ‘toleransi’ menjadi sebuah kata yang sensitif dalam pembahasan. Orang tidak boleh berkata, menulis atau mengungkapkan kata, berbuat atau bergerak yang dianggap intoleran oleh orang yang tidak seide, sekeinginan, sekeyakinan dan berseberangan. Berbuat sedikit saja yang dianggap intoleran akan menjadi masalah besar jika ingin dibesar-besarkan oleh pihak yang tidak senang. Perebutan kekuasaan, Pipres, Pileg dan pertarungan politik, menambah bergairahnya penggorengan isyu atau bukan isyu tentang intoleran. Media sosial menjadi tempat yang subur dan amat sangat cepat berpengaruh untuk membuat suasana yang diinginkan, jika seseorang menuduh seseorang atau kelompok tertentu intoleran. Ketokohannya juga iku berpengaruh untuk menggoreng langit pendapat. Menjadi simpang siur atau kemudan saling bertabrakan, sangat mungkin untuk diskenariokan. Kita menjadi pada posisi harus maklum dan mengerti apapun yang ada di depan kita, di lingkungan kami bahkan di semua bawah l...

NONET (*)

soleh djayim             Seluruh isi tasnya kembali Ia periksa. Buku catatan harian, agenda, ballpoin, ringkasan laporan, kalkulator, arsip, pensil, pengaris, penghapus, staples dan isinya, semua diperiksa. Ia kembali duduk mengingat-ingat kalau-kalau ada yang ketinggalan sambil memakai sepatu. Ternyata sepatunya sudah lusuh perlu penyemiran kembali, waktu persiapan lembali bertambah; Apa lagi yang belum ku masukkan dalam tas, jangan-jangan nanti aku harus kembali pulang mengambil berkas yang ketinggalan. Rambutku belum rapi, perlu menyisir rambut dulu. Aku harus meyakinkan diri kalau pakaianku rapi, sopan dan menambah nilai plus bagi penampilanku.                  “Herta, tadi pesannya Pak Nandar bagaimana?”             “Tadi kan sudah saya katakan Kak, apa perlu di ulangi lagi?”       ...

LANGIT-LANGIT KERTAS (sebuah cerpen)

soleh djayim Sudah lama sekali aku tak mendengar namaku dipanggil. Bahkan seperti lupa siapa namaku. Tak ada yang mengenalku. Makan sedapatnya tak tentu, tidur dimana mata mengantuk. Berhenti selelah kaki melangkah. Nomaden, berganti-ganti jalan yang dilewati, berganti-ganti langit yang memayungi, berganti wajah tertemui. Semua tak peduli. Semua tak mengerti dan tak mau mengerti. Suara-suara asing silih berganti membawa hati dan pikiran ke alam yang tak dimengerti. Tak ada rasa jemu, tak ada rasa senang. Datar dan biasa-biasa saja. Mengalir seperti air di sebuah sungai besar ketika kemarau. Berjalan seperti angin dini hari yang lambat, dingin menusuk seluruh persendian. Belantara alam dengan segala fasilitas manusia yang terus menerus bertambah, terus menerus beragam. Selalu bising namun lengang di telingaku, selalu ramai lalu lalang tapi sepi di mataku yang kosong dimasuki sinar yang berpendar-pendar bergonta-ganti warna. Ini sudah menjelang subuh atau masih dini hari, ak...

MEMBACA LAGI SOE HOK GIE

Gambar
Membaca sebuah buku yang sedang diselesaikan bacanya oleh anakku, jadi kembali teringat kira-kira dua puluh lima tahun yang lalu (kalau tidak salah ingat 1994), ketika membaca sebuah buku berjudul, Soe Hok Gie Catatan seorang demonstran . Buku ini diberi judul Soe Hok Gie ...Sekali lagi, bergambar close up wajah Gie,   Diatas judul buku ada tulisan; Buku, Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya. Di pojok kiri atas ada tulisan; Editor: Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti dan Nessy Luntungan R. Saya baca sekilas buku tersebut, acak, tak banyak dan hanya sedikit sekali yang saya baca. Ada yang sempat saya baca tentang bagaimana sosok Soe Hok Gie dijadikan sebuah film yang diproduseri oleh Mira Lesaman dan disutradai Riri Reza. Sekilas lain tentang bagaimana kejadian ketika Soe Hok Gie Meninggal saat mendaki gunung Semeru yang katanya keracunan. Saya tak akan membahas tentang buku yang dibaca anakku, juga tentang buku yang dua puluh lima tahun yang lalu saya baca. Yang ada dalam pik...

MENGAKU JUJUR, BERSIH, PINTAR DLL

Menjelang pemilu serentak tanggal 17 April 2019, kita disuguhi begitu banyak calon legislatif yang menawarkan diri untuk dipilih. Gambar-gambar dengan beraneka warna, bermacam-macam ukuran, bermacam-macam pose dan bermacam-macam tulisan menyatakan diri sebagai orang yang bersih, jujur, pintar, dan semua hal yang baik-baik, ditata sedemikian rupa sehingga menurut mereka yang terpajang, akan membuat para pemilih tertarik. Cara itu efektifkah? Saya tak pernah melakukan survey untuk menjajagi seberapa besar baner dan foto-foto yang dipasang para caleg mempengaruhi pikiran untuk memilih. Karena memperkenalkan diri bahwa, saya sedang mencalonkan diri menjadi anggota DPR atau DPD adalah hal yang perlu sekali. Jalan dan tempat umum yang sering dilewati orang menjadi pilihan untuk memperkenalkan diri dan berupaya agar banyak orang tertarik. Tidak semua orang bisa dan terbiasa mengakses media sosial atau media massa digital lain, dan inilah yang membuat kampanye berbentuk fisik menjadi pilih...

KEBENARAN BISA JADI HOAX

Hoax itu berita bohong. Kebenaran tentang hoax itu benar-benar sebuah hoax, jika berita itu nyata-nyata tidak benar atau hanya sebuah rekayasa berita. Jika sebuah berita yang sebenarnya kejadian itu ada, tapi sudah agak menyimpang kronologisnya karena penyampaian mulut ke mulut yang tidak sempurna karena faktor si penyampai yang mempunyai kecenderungan berpendapat dalam penyampaian, bisa saja di sebut hoax, karena ada faktor rekayasa (sengaja atau tidak sengaja), meskipun pada dasarnya kejadian itu ada yang membuat menjadi sebuah berita. Bisa saja sebuah hoax itu, hoax mutlak, setengah hoax, mirip hoax, seperempat hoax, mirip hoax dsb. Hoax bisa saja disebarkan dengan sengaja untuk mempengaruhi opini publik. Hoax juga bisa tersebar karena dikaitkan dengan kejadian lain yang sedang menjadi pusat perhatian. Penyampaian yang sistematis dan seperti ada keterkaitan dengan kejadian lain dengan segala argumen dan alibi, memungkinkan sebuah hoax diyakini kebenarnannya oleh si penerima h...

LENGGER KLANGENAN

Gambar
CERPEN. Lengger Asih itu lengger hebat. Ia bisa menjadi pembicaraan sampai berjam-jam bagi para penggemar lengger. Ia memang lengger yang punya daya tarik khas. Setiap pentas Ia selalu membuat penontonnya enggan pulang –terutama penonton lelaki- dan jika pulang mereka membawa segudang rasa penasaran. Mereka bisa terus   tertawa-tawa, mentertawai kata-katanya sendiri, sambil membayangkan seluruh lekuk tubuh lengger Asih sambil menikmati kopi di warung Mbok Imah dengan rokok Djarum Coklat menjadi teman istimewa karena jika di rumah mereka cukup rokok lintingan dengan aroma kemenyannya yang khas. Setiap orang selalu berlomba mencari kalimat baru yang segar yang membawa orang ke ruang khayal tentang lengger Asih dan tentu supaya timbul tawa baru. “Kalau lengger Asih jadi istri saya, semua orang yang berani mendekatinya, saya bunuh!” “Kalau saya sih tak perlu ia jadi istri saya asal setiap saya butuh ia ada dan siap.” “Enak aja, emang lengger Asih barang dagangan. Ia han...

JEMPOL YANG DIMARTIL

Gambar
Cerpen. Jono menjadi nama yang paling sering dibicarakan di kampungnya dan di kampung sebelah. Berita tentang kasus korupsi penyelewengan dana milyara n triliyunan R upiah di tivi kalah ramai. Kampung-kampung lain di sekitarnya pun segera menyerap dan segera mengekspos  berita tentang Jono.  Orang-orang sering dan biasa memanggilnya Kopral Jono. Entah karena Ia selalu berpotong rambut model tentara atau karena ada judul film, Kopral Jono. Jono tak mempermasalahkan dan asik-asik saja. Ia menjadi bahan pembicaraan yang laris karena ulahnya memartil jempol Hasim sampai gepeng dan cacat. Bermula ketika mereka sedang sama-sama gotong royong mendirikan rumah Pak Marga. Ketika tangan kanan Hasim sedang memegang sebuah balok dan jempolnya tergolek, tiba-tiba saja Jono memukulkan martil ukuran sedang ke jempol Hasim. Karuan saja Hasim langsung menjerit kaget dan kesakitan. Jempolnya remuk, darah menetes deras. Hasim berjingkrakan menahan sakit seperti orang kesurupan. Sebel...