Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Berhenti menulis puisi.

Bertahun yang lalu saya gagal memahami, puisi Afrizal Malna dan Gunawan Muhamad. Berkali, berulang, mencoba, mencoba, menafsir. Gagal. Tak mengerti yang tersirat, tak memahami yang tersurat. Semua tak juga masuk pada pembahasannya. Menafsir dari berbagai sudut, tak juga masuk dalam pembahasannya. Maka aku memilih berhenti mencoba menulis puisi. Tapi, seorang temanku yang penyair, menyemangati, “tak perlu harus tahu dan memahami semua puisi.” Maka aku berniat mencoba lagi. Sampai sekarang masih berniat.

hoax

Jika berita hoax dan berita nyata tak bisa dibedakan, apa kita harus melepas semua informasi tentang berita. Ada yang ingin di capai pad seseorang yang rajin membuat dan meng-upload berita hoax pada internet. Rumus sederhananya, setiap ada perbuatan pasti ada yang ingin dihasilakan dari apa yang dilakukannya. Bisa karena uang, hobi, keinginan, iseng atau bisa juga karena tekanan. Berita hoax yang disusun dan ditulis dengan rapi, sistematis, dan juga penuh dengan argumen serat tautan kejadian yang sudah ada dan terkenal, menjadikan berita yang hoax membius si pembaca dan bisa mengalahkan berita yang sebenarnya nyata. Jaringan internet yang makin luas dan akses data yang semakin mudah, menjadikan sebuah berita dalam bentuk apapun, tulisan, audio, visual, gambar, kartun dan alat komunikasi apa saja bisa menyebar dalam hitungan detik. Kabar buruk bisa berlipat kali penyebarannya dibanding berita baik. Tak heran jika para penulis berita memberi judul yang dramatis, mengguga...

MEMBACA TWITTER PENDUKUNG

Kesan yang timbul ketika membaca twit dari beberapa orang pendukung calon Gubernur DKI adalah, calon yang ia dukunglah yang paling sempurna untuk menjadi Gubernur DKI di tahun 2017 nanti. Segala antisipasi dan kemungkinan direka-reka agar pada 15 Februari 2017 nanti, para pemilih berkeputusan untuk memilih calon yang didukungnya. Maka, dalam menulis statement pendek di twitter yang hanya menyediakan 140 karakter pun, perlu ekstra hati-hati agar tak dijadikan senjata oleh lawan tandingnya untuk menjatuhkan jagoannya. Internet dan media sosial telah menjadi alat yang efektif sekali untuk menyebarkan segala berita. Para timses tentu akan meperhitungkan setiap huruf yang akan di upload ke media. Semua bisa menjadi senjata yang menguntungkan dan bisa berbalik menjadi senjata untuk lawan yang siap menikamnya. Saya sempat membaca twit seorang ( Politisi PDIP ) pendukung cagub Ahok-Jarot dengan timse dari AHY-Sylvi yang saling berdebat. @budimansujatmiko vs @ranabaja. Dua-duanya merasa be...

Aspirasi di jalan

karena capek menghindari lubang di sekujur jalan aku berhenti dan berteriak tepat di perempatan jalan saat pagi menjelang siang; “pak bupati, pak gubernur, pak presiden. jika anda ingin dipilih lagi bikin jalan yang bagus, yang bagus. karena jalan alat kampanye paling terlihat..” para sopir dan pengendara lain bertepuk tangan “semoga bukan tepuk sebelah tangan.” aku berdoa. mereka tak tahu. tak mengerti. bergegaslah semua, juga aku, memburu waktu agar tak terlalu panjang terlambatnya

INI TENTANG SEANDAINYA DAN MUNGKIN ( AHOK )

Seandainya dan mungkin itu dua buah kata yang mudah untuk di kembangkan ke berbagai arah. Berbagai bahasan bisa saja mengarah ke sesuatu yang sebelumnya tidak terduga. Melenceng dari awal bahasan. Bisa saja mengarah pada sesuatu hal yang lebih mengasyikan, lebih menakjubkan, inspiratif atau bisa saja malah mengarah pada hal yang menjemukan dan tidak berkembang menjadi sebuah bahasan yang mengasyikan. Seperti para pelawak di panggung yang pandai berimprofisasi sahut menyahut, sambung menyambung yang meletupkan sebuah kejutan yang melahirkan tawa segar yang sebelumnya tak terduga. Coba, seandainya ( 1 ) besok tanggal 12 Desember 2016, aksi menuntut Ahok, Gubernur DKI yang tersangka penistaan agama yang diberi label Aksi Bela Islam III, berjalan damai, santun, tanpa kerusushan, tanpa sampah berserakan dan tanpa korban jiwa seperti pada aksi tanggal 4 November 2016, pokoknya semua berjalan indah dan Islami. Tapi, apa yang diharapkan oleh para peng-aksi, tidak dipenuhi oleh pemerintah ...

ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

Aku seorang muslim Islam adalah sempurna Tapi aku tidak sempurna Jika aku berbuat kesalahan jangan salahkan Islam Tapi, salahkan aku “Inilah sebabnya penting untuk diperjleas apa makna sebenarnya menjadi seorang muslim. Aku dan banyak Muslim lain telah diajarkan, sejak tahun-tahun pertama bahwa agama kami, menuntut hormat dan perhatian bagi sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tidak beriman hingga kalian mencintai sesamamu seperti cinta kalian kepada dirimu sendiri. Itulah makna menjadi seorang Muslim. Diantara nama-nama Allah kita dengar; Maha Pengasih, Maha Penyayang. Selama hidupku, setiap hari aku mendengar dan memberi salam ‘Assamu ‘alaikum...’ Ucapan kepada orang lain agar diberkati dengan damai. Inilah makna menjadi seorang Muslim. Lebih dari seribu tahun lalu sebelum konvensi Jenewa, tentara Muslim diperintah dilarang membunuh anak, wanita atau orang tua. Dilarang merusak pohon, dilarang mencelakakan pendeta, dilarang merusak gereja. Nilai-nilai Islam ya...

membaca menulis

Membaca ; Membaca itu nikmat dan menyenangkan, jika sesuatu yang dibaca itu membawa pada alam yang dikehendaki ke arah alam imaginasi kita. Jika kata yang disusun membentuk kalimat menjadi enak dirasa dan diikuti alurnya. Membaca bagi saya seperti berwisata dengan tanpa polusi dan tanpa harus bertemu dengan banyak orang dengan segala polah tingkah, berdesak-desakan, antri dan segala macam sesuatu yang mengusik sebuah ketenangan dan sepi yang bermakna. Alur pikiran yang dituangkan oleh penulis yang berbeda dan bermacam-macam acuan, pola pikir, idealisme, pondasi ide, pegetahuan secara umum dan khusu, kecenderungan terhadap sebuah kepercayaan dan agama yang di anut, bisa membangun sebuah ‘lokasi’ wisata yang dihiasi oleh imaginasi kita dalam membaca. Segala yang dituangkan penulis dengan bumbu yang mendasarinya menulis, menjadi menu sajian tersendiri. Wisata membaca itu akan menjadi semakin membawa ke dunia lain yang dibangun oleh penulis. Kadang bangunan wisata itu ternyata gag...

puisi anakku

Pagi hari. Aku melihat Dari jendela dapur Bunga warna ungu, indah sekali. Seperti peri. Saya sebut tulisan di atas sebuah puisi. Kali ini saya baca lagi. Ya, sebuah puisi dari anakku di bulan Agustus 2013 pas saya ulang tahun, tiga tahun lalu. Sambil berlatih menulis dengan menggunakan laptop, Ia eja satu satu dan sibuk mencari posisi huruf di keyboard. Maklum saja, anakku belum hafal dan belum terbiasa menulis pakai keyboard. Ia masih baru masuk TK. Saya menjadi merasa perlu untuk menyimpan tulisannya yang hanya lima baris itu. Ia menulis tanpa ada pengarahan dariku. Saya terkesima dengan ide sederhananya. Saya tidak tahu kenapa Ia memilih kata ‘jendela dapur’ yang di dalam rumah tidak ada jendela di dapur yang dapat untuk melongok melihat bunga. Jika kata; bunga warna ungu, mungkin yang Ia maksud, bunga senggani yang memang ada di halaman rumah belakang. Dan yang lebih saya terkaget dan bingung adalah kata indah seperti peri. Waktu saya tanya peri itu seperti...

Bruno Birahi

Gambar
djayim.com Saya begitu yakin sebelumnya, jika kucingku, kucing kesayangan sekeluarga berjenis kelamin laki-laki, jantan, karena sewaktu saya membawanya dari rumah sang pemberi, ia menyebutnya kucing jantan. Sampai kemudian saya menyempatkan untuk lebih meneliti jenis kelaminnya. Tentu dengan mengamati detail lokasi yang menentukan apakah kucingku cewek atau cowok. Dan, aku berkesimpulan ia perempuan, cewek, wanita. Wanita? Kayaknya ‘wanita’ hanya pas untuk orang. Masak ada kucing wanita. Terus, apa sebab saya harus meneliti jenis kelamin kucingku itu? Karena ia mengalami masa birahi yang nampaknya sangat menyiksa. Kucing yang sebelunya jarang sekali bersuara itu menjadi mengeong-ngeong agak keras berulang-ulang meski tidak seperti kucing ras jawa. Ia sangat memerlukan pelepasan rasa birahi yang datangnya pada masa tertentu dan nampaknya menjadi sebuah keharusan. Jika ia di elus-elus punggungnya, ia memperlihatkan gerak menata diri untuk siap ‘menerima’ dengan gerakan-gerakan e...

Berinternet yang menjengkelkan

Saya sering merasa kesal jika membuka web di laptop atau pc yang memakai OS Windows. Ketika saya klik atau saya buka di tab baru selalu diarahkan ke situs belanjaan. Juga selalu di tutupi oleh iklan yang saya sama sekali tak ingin melihatnya. Otomatis saya close dan buka lagi, tapi selalu muncul begitu. Sudah berulang kali mencoba setting browser atau uninstall program yang dengan pe-denya masuk lewat jalur internet dan tanpa sepengetahuan memasangkan diri. Tapi hanya sebentar dan kembali muncul maslah dalam berselancar di dunia maya. Tool jebakan juga sering mengantar saya pada situs game atau situs belanjaan yang tidak sedang diperlukan. Bahkan simbol close (X) dan tulisan close pun kalau di klik akan langsung mengarahkan pada laman yang tak di tuju. Saat browsing pada laptop atau pc yang memakai OS Windows, seolah bayak sekali aplikasi yang menjengkelkan masuk dan susah untuk di usir. Malware hampir ada dan bersembunyi di setiap tempat yang kita sering tak menduganya. Lain haln...

Motor GP, Bahasa Inggris Aksyen Spanyol

“Kun, apa yang kau suka dari GP Inggris di sirkuit Silverstone, semalam?” “Pas wawancara Maverick Vinales, Rossi.” “Lho..” “Iya. Bener, saya sangat suka mereka, Vinales, Marques, Lorenzo, kalau di wawancarai wartawan tetap pe-de dengan bahasa Inggris ber aksen Spanyol. Atau kalau Rossi tetap beraksen Itali saat ngomong.” “Terus, maksudmu?” Jawir tidak tahu arah pembicaraan Raskun. “Lha, kamu pernah nonton nggak. Di tivi yang judulnya lagi lomba nyanyi, lafal bahasa inggris yang dinyanyikan peserta di tertawakan oleh juri. Nyanyi kan soal, seni tarik suara, soal kesusaian nada musik yang menjadi kesatuan lagu. Kalau soal lafal, tak perlu menjadi hal yang di tertawai.” “Oh.. gitu yah Kun.” “Iya!” “Itu kan haknya para yuri. Makanya kamu jadi jurinya.” “Coba, berani nggak, mereka menertawai Arkarna yang nyanyi Kebyar-kebyar dengan aksen Inggris, nggak pakai aksen Indonesia.” “Nggak nasionalis yah Kun?” “Yoi..” “Ya sudah, saya juga prihatin dengan generasi kita,” uj...

Sianida Jessica

Dini hari jam setengah tiga 2 September 2016, ketika saya terjaga dari tidur di depan tivi yang lupa saya matikan, saya sempat menyimak sebuah siaran tunda di TVone. Saya menduga siaran tunda karena sebuah sidang tidak mungkin dilakukan jam setengah tiga malam. Sidang tentang kematian Mirna yang di duga di racun oleh Jessica. Sebuah sidang yang disiarkan langsung dan menyita perhatian banyak orang. Sebuah kemisteriusan telah membangun rasa penasaran yang terus bertambah dalam perkara kematian Mirna. Setiap penayangan acara di tivi pasti melalui sebuah pertimbangan ekonomis. Dengan segala pertimbangan lainnya, produser yang menayangkan ulang sidang kematian Mirna, berharap banyak penonton yang menahan rasa kantuk untuk menyimak semua kejadian dalam sidang. Perdebatan-perdebatan dari disiplin ilmu yang berbeda sering menjadi hal yang menarik dan menambah waawasan bagi orang yang tak pernah menonton sidang di pengadilan. Saksi ahli, ahli IT dan ahli psikologi dan sejenisnya, bersaksi...

sambel

Saya sering melihat rumah makan yang menawarkan menu pedas. Lombok ijo, Sambel Ijo, Sambelayah, Tahu mercon, mie setan, lombok setan, atau kalimat lain yang merujuk pada rasa pedas. Ketika membaca penawaran lewat ‘iklan’untuk makan di rumah makan yang membanggakan sebuah kepedasan, saya merasa terdiskriminasi. Saya belum pernah membaca sebuah hasil survey yang mebandingkan prosentase orang yang suka pedas dan orang yang tidak suka pedas. Sebagai orang yang sama sekali tidak suka pedas, saya langsung menuduh kalau menu pedas yang ditawarkan rumah makan pasti karena pemilik atau pengelolanya suka rasa pedas. Mungkin saya keliru, tapi itu hal yang muncul tiap kali saya membaca sebuah tulisan yang membanggakan rasa pedas. Tersadari juga, banyaknya rumah atau tempat makan yang membanggakan rasa super pedas dan banyak yang sukses, itu menjadi acuan untuk menawarkan menu pedas sebagai andalan untuk menarik calon pembeli. Atau bisa juga, orang yang suka pedas itu kebanyakan orang yang su...

Better Banyumas di ganti Banyumas Bagus

Raskun seneng rétung angger ana pemuda sing esih peduli lan melu aktif ngramékna perayaan pitulasan. Wulan agustus wis meh entok. Tanggal tua, tapi kegiatan sing judulé ngraméni, esih krasa lan esih ana baé kegiatan. Salah sijiné pertandingan bal-balan urung rampung. Wingi pas balik sekang kota, weruh wong lomba lari. Minggu kiyé ana telu kegiatan resepsi ning RW sebelah, ning RWné déwék lan ning RT sebelah. Kabeh ramé, kabeh pada kreatif. “Inyong pas ngrungokna sambutan Bupati Banyumas, ana sambutan nganggo basa ngapak, basa Banyumasan, inyong seneng retung. Jen seneng. Tapi pas ana omongan better Banyumas, nyong langsung kecewa. Jen kecewa ora etung.” “Sebabé priwé kun.” Basta takon mbari mbenerna njagongé. Jawir nambahi, “Kecewané ko ora ngaruh, Kun. Cumah.” “Udu masalah ngaruh apa ora ngaruh wir. Kye masalah idealisme .” “Ih, ora wani-wani kweh aku inyong angger masalah idealisme. Anu kepriwe kwe?” “Apa langka basa Banyumas sing artiné pada karo better. Better kwe basa...

Gawe nggon wisata rohani

Pas bar tahlilan ( mbuh ning umahé  sapa ), wong-wong ora langsung balik ngumah, pada ngobrol karo batir-batir, mbari udud lan medang, ana sing ning njero, ana sing ning jaba. Kukus rokok kemebul ngebeki ruang tamu karo ruang tengah. Ublek. Sing ora seneng rokok lan ora kuat karo kukus rokok metu. Ana sing seneng ngrokok, tapi melu metu, nggolet hawa seger. Mbuh mulai sekang endi, obrolan butul maring masalah pokdarwis, singkatan sekang kelompok sadar wisata. “Kyeh, kaya kiye. Pada gawe nggon wisata bae yuh.” Jawir mbuka obrolan. “Nggon wisata ning ndi. Nggon wisata kwe kudu ana nggon sing apik, unik, menarik. Angger ora ya due nilai sejarah sing dé kenal karo wong akeh.” Gondrong langsung nyempaluk karo ngepusna kukus rokok 76 sing wis setengah cendek. “Kyeh kaya kiye. Ning Lestana Dawa, kan ana kuburan kuna. Kuburané leluhur wong Tlaga. Lha, kwe ana sing dé rumat, dé bangun, supaya apik. Dé gawéni dalan sing pinggirané ngko dé gawé nggon sing unik. Unik, priwe yah... pokok...

membela

Gambar
Bela membela, sebuah kecenderungan setiap manusia. Kesukaan, cinta, keyakinan, kepentingan, tujuan, latar belakang dan kepercayaan menjadi faktor seseorang membela orang lain. Karena sebuah kepentingan, sebuah pembelaan terhadap seorang figur, orang akan berusaha maksimal mencari dan menyuguhkan sisi positif kepada orang lain. Si pembela akan berusaha maksimal sebisa mungkin untuk menyakinkan kepada khalayak, kalau sosok yang dibelanya adalah baik dan akan membuat sebuah kebaikan kedepannya. Ia akan mengeliminir semua sisi negatif dan menyuguhkan argumen  positif jika ada pihak yang menyerangnya. Berbuat membela pasti ada tujuan, setidaknya ada harapan terhadap sosok yang dibelanya. Mengharapkan sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya atau kelompok tempat ia eksis. Membentengi diri agar ke depannya kelompoknya menjadi yang dominan dan dapat mempengaruhi kelompok lain untuk menjadi bagian kelompoknya. Sebuah pembelaan akan melunturkan obyektifitas. Ia seperti tak mau tahu, me...