Label

Senin, 20 Februari 2017

hati-hati



“Hati-hati, jalan berlubang, sedang dalam penanganan.” Bila kita menempuh perjalanan, sering kita menjumpai tulisan di pinggir jalan ber-background kuning. Banner berukuran sekira 60 cm x 50 cm itu setia dan tak malu, selalu di pinggir jalan yang rusak. Ya, karena peringatan itu berbentuk benda mati yang tak punya rasa. Mau di tempatkan di jalan rusak parah dan tak pernah di perbaiki pun, jika tak ada yang memindahnya, ia akan tetap ada di situ sampai tiang penyangganya rapuh dan terinjak kendaraan.
Memang di beberapa tempat ada perbaikan, tepatnya penambalan jalan yang berlubang-lubang, (menjadi viral; jeglongan sewu’). Terasa sebentar lima sampai tujuh hari, perjalanan agak lancar dan  nyaman, kerusakan dan lubang-lubang kembali menganga. Bahkan lubang itu menjadi bertambah lebar karean waktu penambalan ada aktivitas pembuangan material sekitar lubang aspal yang akan di tambal. Dan ketika tambalan itu terkelupas, makin parahlah jalan berlubang-berlubang itu.
Menjadi timbul pertanyaan, kualitas apakah aspal yang dipasang? Atau, berapa persenkah biaya yang dipakai untuk pengaspalan atau penambalan, sisa dari biaya proyek yang harus disidit untuk banyak bagian yang perlu diberi bagian untuk kelaancaran sana-sini dalam penggarapan dan penanganan? Berandai-andai tentang biaya yang dipakai dan cara memperoleh tender proyek jalan yang kita hanya mengira-ira, bisa akan menjadi prasangka yang tak baik dan berdosa. Dan, “memperhatikan” sesuatu dengan teliti seperti menyelidik, tentu ada pihak yang tidak berkenan dan akan menjadi sebuah pertentangan dan permusuhan. Tidak enak sekali sebuah hubungan dengan ada bumbu permusuhan, walaupun sedikit, dan banyak orang lebih memilih untuk menghindarinya.
Ketidakenakan ini yang kemudian menjadi sebuah pembiaran yang sebenarnya merugikan banyak pihak. Dan jika dihitung secara material dan immaterial akan semakin besar jika pembiaran tersebut terus berlanjut.
Jalan menjadi perhatian utama pada suatu wilayah. Jika jalan rusak, seolah semua infrastruktur rusak, bahkan sampai juga mengarah pada kerusakan pada orgnaisasi pemerintahannya. Ketika memasuki sebuah perbatasan wilayah dan perubahan keadaan jalan terasa berbeda, baik atau tidak baik, maka segera terlintas kalau pembangunan infrastruktur di daerah yang jalannya baik, perekonomiannya pun telah mendapatkan poin baik. Jalan seperti etalase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar