Label

Minggu, 06 Agustus 2017

ADA LAGI DI DUGA MALING AMPLI DI BAKAR HIDUP-HIDUP?

djayim.com
Siapapun pasti ngeri membayangkan seseorang dibakar hidup-hidup, dan ini terjadi di Desa Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, pada Selasa (1/8/2017) sekitar pukul 16.30 WIB. Jika dilihat dari akar masalah kenapa sampai terjadi pembakaran, akan sangat tidak sebanding. Hanya karena korban diduga mencuri sebuah ampli di mushola, ia dikeroyok ramai-ramai sampai babak belur, tergeletak tak berdaya kemudian diseret ke selokan, disiram cairan ( mungkin bensin ) dan dibakar (dari video yang beredar di youtube). Ngeri. Entah dirasuki makhluk jahat apa pikiran mereka. Entah tertutup apa hati mereka sehingga tega melakukan itu dan tampak seperti tak ada yang menahannya. Sesuatu yang biadab dan memalukan. Apakah siapapun akan ngeri? Jika dilihat dari video yang beredar, mereka malah ( agak ) bersorak ketika api menyembur dari tubuh tergeletak yang telah disiram cairan. Tapi saya merinding dan sangat prihatin.

Pencurian barang ataupun uang di kotak amal di masjid atau mushola memang sering kita dengar. Barang-barang di masjid memang kebanyakan tak di jaga atau disimpan dengan rapi dan aman agar tak ada orang yang mencurinya. Maklum saja, karena masjid simbol kesucian, kejujuran dan kepasrahan pada pencipta, di situ dianggap hal-hal yang dilarang oleh agama tidak akan ada orang yang coba-coba mendosa. Kepercayaan dengan seluas-luasnya itulah yang akan menjadi pemicu kemarahan jika ternodai. Memanfaatkan sebuah kepercayaan dengan menghianatinya menjadi sebuah hal yang tak termaafkan, menjijikan, bikin muak dan menasehati atau menceramahinya menjadi hal enggan dilakukan. Maka sebuah reaksi menjadi muncul tiba-tiba dan meledak tak terkendali. Akan bertambah parah jika ada orang yang mengompori dan memberi semangat untuk melakukan tindakan main hakim sendiri ( persekusi ).

Dari kasus pembakaran hidup-hidup di Bekasi, terlepas apakah ia benar-benar mencuri atau hanya dikira mencuri, kejadian itu lahir dari akumulasi kemarahan dan kegeraman masyarakat pada kemunafikan yang sering muncul secara terasa tiba-tiba dari lingkungan lokal maupun nasional. Berpura-pura baik ternyata tidak baik adalah sebuah sandiwara tidak lucu yang membikin mual pada orang-orang yang mempercayainya. Kemarahan yang timbul jauh lebih besar daripada marah terhadap orang yang berlaku salah tapi orang itu tak menyembunyikan kelakukannya yang tidak baik.

Tokoh-tokoh sorotan publik (legislatif, eksekutif dan yudikatif) yang dikira bersih dan bertahun-tahun dipercaya nggak macam-macam, ternyata kemudian ketahuan berlaku curang dan membela mati-matian kelakuan curangnya, menjadi salah satu pemicu ketidakpercayaan kita terhadap orang yang berlaku suci, bahkan kemudian melebar pada siapa saja. Kelakuan munafik yang tumbuh di sekitar lingkungan bermasyarakat membuat kita menjadi tak gampang percaya pada omongan orang yang telah dikira, diduga, telah melakukan perbuatan curang. Tak peduli apakah dirinya suci atau tidak, menghakimi orang yang telah dikira bersalah tetap saja dengan semangat dilakukan tanpa sempat bercermin.

Menangkap pelaku pencurian dan menyerahkan pada Polisi ternyata juga bukan merupakan pilihan bagi sebagian orang. Melihat orang yang dikira bersalah keluar dari tahanan Polisi dengan tidak ada hukuman yang berat menurutnya, menjadi hal yang menjengkelkan. Jika itu terjadi, pikiran menduga-duga telah terjadi kecurangan dalam penanganan oleh Polisi muncul dengan dan terus melebar sesuka imaginasinya. Sangka yang tidak bersahabat.

Main hakim sendiri tanpa bercermin dulu, menjadi pilihan sesaat yang tiba-tiba muncul sebagai pelampisan kekesalan yang tumbuh pada dirinya dan tak tahu kapan dan di mana akan meledak. Kekesalan pada diri sendiri, pada lingkungan keluarga, lingkungan mikro, lingkungan makro, kejenuhan dan harapan yang semakin jauh memicu ledakan emosi. Ledakan emosi itu muncul dan lahir pada saat yang tak terduga atau mungkin juga sedang mencari tempat dimana emosi itu di ledakan. Kita berharap, tak ada lagi perbuatan tak manusiawi di sekita kita. Semoag kejadian di Bekasi adalah kejadian terakhir dan menjadi peringatan bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar