Label

Senin, 10 November 2014

Ridwan Kamil, Persib, RI 1 2019-2024.



Bagi para pecinta sepak bola Indonesia, keberhasilan Persib menjuarai ISL 2014 pasti sudah mengetahuinya. Kompetisi sepak bola tertinggi di ranah persepakbolaan Indonesia diakhiri dengan indah oleh Persib setelah melawan Persipura, sang juara bertahan, melalui adu pinalti setelah melewati perpanjangan waktu hasilnya masih imbang 2-2. Sembilan belas tahun menanti, akhirnya penantian itu terbayarkan. Terakhir sebelumnya Persib menjurai Liga Perserikatan di tahun 1995. 

Ini hasil akhir dari Kompetisi sepak bola di Indonesia yang berlabel ISL (Indonesia Super League) dan Persib menjadi kampium. Sepak bola telah menjadi olahraga yang paling banyak peminatnya. Kesukaan pada sepakbola menjadikan begitu banyak orang yang mengorbankan harta, pikiran dan waktu demi untuk menonton sepak bola, terlebih jika yang sedang bertanding klub kebanggannya. Dalam sepakbola bukan hanya 22 pemain, tiga wasit, pelatih, panitia pertandingan dan beberpa anak gawang, banyak sekali orang yang terlibat persepakbolaan, baik yang terlibat aktif atau terlibat pasif.
Ketenaran sepakbola bisa sekali mengangkat nama seseorang menjadi melambung tinggi, terkenal ke seluruh jagat raya sepakbola, terkenal dari anak-anak dipegunungan sampai kakek-kakek di pinggir pantai di daerah terpencil. Dan Persib telah berhasil membuat bangga para bebotohnya. Serta merta kegembiraan itu ditampung dalam sebuah suasana yang disebut pesta. Piala simbol kemenangan itu diarak keliling kota Bandung untuk menggugah rasa kebanggaan dan patriotik dari dada para penggila bola.

Dan, Ridwan Kamil ada diantara kegembiraan mereka, menjadi bagian penting dari sebuah klub sepak bola yang dinamai Persib. Sebuah keberuntungan baginya, kemenangan Persib pas ketiak Ia sedang menjabat sebagai walikota dengan menyandang nama harum sebagai walikota yang baik. Seluruh mata Indonesia tentu mengarah ke sana, bagaimana sang walikota Bandung itu mencukur gundul kepalanya sebagai nazar jika Persib menang. Nazarnya seorang walikota sekaliber Ridwan Kamil tentu sangat berbeda dengan nazarnya orang biasa saja. 

Jika Ridwan Kamil mau berada dalam politik terus dengan ‘kondisi’ seperti sekarang ini, Ia bisa menjadi seperti Jokowi yang dengan sangat baik memanfaatkan momen untuk mengkampanyekan dirinya. Jika Jokowi terkenal lewat mobil SMK, maka Ridwan Kamil bisa lebih mempopulerkan diri lewat sepakbola. Apalagi Ia menjabat 2013-2018, yang artinya setahun sebelum Jokowi turun, Ia bisa bersiap diri.  Jadi, lewat sepak bola Ridwan Kamil bisa menjadi RI 1 2019-2024. Kita tunggu..

Minggu, 09 November 2014

rasa moral pekerjaan



7-Nop-2014,menjelang sholat jum’at,  sejenak sempat berbicara dengan seorang pria tua yang gerak-geriknya sudah diatur rapi penuh kehati-hatian.  Ketika sama-sama di bengkel menunggu pekerjaan juru mekanik selesai. Beliau berkopiah, sudah nampak ada sorot ketenangan pada wajah dan nada bicaranya. Ia seorang yang sudah purnatugas sebagai anggota  brimbo. Pangkat terakhir beliau letnan satu, sebelum sebutan pangkat di Polri di rubah. 

Sedeikit pertanyaan saya tentang ‘enak ‘ mana menjadi Brimob dibanding dengan polisi umum. Beliau menjawab: secara moral enak di brimob. Saya tak bertanya lebih banyak tentang secara moral itu. Sepertinya saya sudah mengerti dan paham dan tak merasa perlu untuk mendengar penjelasan tentang jawabannya itu. 

Saya malah asyik tentang pola pikir saya yang megembara sesuka dugaan saya dengan menyambungkan ingatan-ingatan tentang peristiwa yang berkaitan dengan tindak tanduk polisi secara keseluruhan. Saya juga sadar tengang ingatan-ingatan saya yang berarah tak obyektif karena hanya ‘mengenang’ sesuatu yang kurang baik tentang perilaku polisi. Saya paham, banyak sekali perilaku polisi sebagai lembaga ataupun sebagai perorangan yang baik, terpuji dan layak sekali mendapatkan apresiasi. Saya tak habis pikir kenapa yang ada dalam benakku adalh tentang polisi yang selalu berkaitan dengan duit jika berurusan dengan Polisi. Stigma di masyarakat tentang, berurusan dengan polisi ujung-ujungnya harus keluar duit, menjadi lebih kuat menempel di  pikiran ketimbang polisi polisi yang berkelakuan baik, mengayomi dan melayani masyarakat.

Dari jawaban beliau tentag ‘secara moral’, bisa berkesimpulan kalau begitu banyak anggota polisi yang merasa terbebani moral tentang polisi di Indonesia yang masih ter-cap buruk dan cap berurusan dengan polisi harus dengan uang. Masyarakat sudah ingin segera melepas dendam begitu seorang anggota polisi pensiun. Rasa dendam itu tentu semakin besar jika si oknum polisi berkelakuan tidak baik, sok dan menjijikan.  Ini bisa tidak terjadi jika polisi yang pensiun itu memang dikenal baik oleh warga sekitar. Tapi secara umum, masyarakat yang tidak tahu baik tidaknya si polisi yang sudah pensiun, akan dengan serta merta ingin ‘mengejek’ sebagi balas dendam. Entah dendam pada siapa dan entah dendam yang bagaimana.

Mengangkat citra polisi agar masyarakat percaya, adalah sebuah pekerjaan besar yang harus dikerjakan dengan telaten, sabar dan terus menerus. Butuh kekompakan darai seluruh aparat kepolisian.

Selasa, 04 November 2014

harga BBM naik

Berita tentang pemerintah Jokowi-JK akan mengurangi subsidi BBM, yang artinya harga yang harus dibayar pembeli menjadi lebih mahal, terus beredar dan terus menghantui rakyat. Para pebisnis dan para pedagang berputar strategi untuk memperoleh untung besar dalam proses perubahan harga BBM. Sebagai pengalihan dari biaya subsidi untuk BBM, pemerintah memberikan kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera.

Kita belum bisa mengetahui secara riil bagaimana bantuan kepada rakyat tertentu yang diujudkan dalam bentuk kartu itu. Apakah bisa meningkatkan kesejahteraan bagi mereka atau tidak berpengaruh banyak. Menaikan harga BBM pasti akan menaikan harga barang-barang secara otomatis. Jika bantuan uang yang diberikan pada masyarakat tertentu yang dianggap perlu bantuan memberikan ‘manfaat’ yang lebih tinggi nilainya dibanding dengan harga yang harus di beli dari akibat dinaikannya BBM, itu bisa disebut berdampak positif. Dampak positif ini tentu bukan hanya untuk rakyat yang diberi bantuan. Kenaikan harga barang-barang yang berakibat inflasi pasti akan berpengaruh kepada seluruh person yang menggunakan uang sebagai alat tukar. Jika yang merasakan dampak negatif dari kenaikan harga BBM lebih banyak dibandingkan dengan yang memeperoleh dampak positif, ini tentu harus dikaji lebih dalam untuk menaikan harga BBM. Ketika seseorang mempunyai sedikit tambahan uang tetapi uang yang diperoleh tidak bisa membeli lebih banyak banyak seperti ketika sebelum menerima bantuan, maka ini tidak bisa disebut berdampak positif secara riil.

Kenaikan  harga BBM tentu berimbas pada biaya distribusi barang yang pasti akan dibebankan pada rakyat. Nilai tukar uang melemah. Kenaikan harga BBM bisa saja dihindari jika pemerintah mau mencari pendapatan baru dari bumi Indonesia yang kaya raya. Ekploitasi kekayaan Indonesia yang merugikan negara, karena permainan dan pola curang yang hanya menguntungkan oknum dan oknum golongan tertentu harus segera diatasi dan ditindak. Keterlibatan siapa pun orang yang bertindak merugikan negara untuk menguntungkan diri sendiri dan kelompoknya, harus dibabat habis dan diberikan hukuman yang berat agar memberi efek jera kepada siapapun yang berniat curang terhadap negara.  


Semua tergantung pada niat baik seluruh rakyat Indonesia

Senin, 03 November 2014

rakyat terwakili



Ada banyak orang yang merasa perilakunya lebih jelek dari seperti yang  dilakukan sebagian anggota DPR periode 2014-2019, tapi merasa tidak sreg dengan apa yang dilakukan para wakil rakyat di gedung DPR MPR saat berlangsung sidang DPR. Dalam sebuah sidang yang dikalim terhormat, banyak anggota DPR yang nylethuk asal bunyi dihadapan mik yang tentu terdengar seantero ruangan dan terdengar pula seantero Nusantara karena disiarkan secara langsung. Lebih heran lagi seperti biasa-biasa saja dan dilakukan berulang-ulang. 

Mereka memang wakil rakyat. Artinya rakyatlah yang berdaulat, cuma karena tidak mungkin seluruh rakyat mengikuti sidang atau ikut menentukan hal-hal penting menyangkut kenegaraan dan pemerintahan, maka dibentuklah pola perwakilan. Mereka dipilih oleh rakyat dan merekalah yang menyuarakan aspirasi rakyat. Entah aspirasi seluruh rakyat bisa terwakili atau tidak, secara de yure mereka yang berhak untuk menentukan peraturan dan atau peraturan untuk dijalankan oleh pemerintah dan segala alat kelengkapannya, termasuk seluruh rakyat. 

Jika ada wakil rakyat yang terhormat maju bergerombol di depan pimpinan sambil berteriak-teriak mengacungkan tinjunya, atau berbicara lewat pengeras suara asbun atau menjungkirbalikan meja, itu mungkin merupakan bentuk gambaran rakyat Indonesia yang melekat pada wakil rakyat. 

Secara harfiah, wakil posisinya berada di bawah orang yang diwakili. Jika ada wakil biasanya ada kepala atau ketua. Khusus untuk wakil rakyat, meskipun mereka wakil dari rakyat akan tetapi posisi, wewenang dan kedudukannya lebih tinggi dari rakyat yang sebenarnya diwakili. Mereka lebih punya kuasa daripada rakyat yang diwakilkan. 

Proses perwakilan
Tidak semua rakyat yang memilih calon DPR karena merasa seide, sepaham, sekeyakinan dan aspirasinya akan ditampung untuk dibawa dan diperjuangkan dalam proses perjalanan pemerintahan. Ada yang karena ada pertalian persaudaraan, teman sekolah, teman baik, temannya temannya, tergiur kampanye dan janji-janji, ada yang asal pilih, dan ada yang karena di beri uang sebagai imbalan pemberian hak suaranya. Yang terakhir ini oleh orang-orang idealis banyak dikeluhkan. Tapi oleh sebagian banyak orang justru diharap-harap pada saat menjelang pemilu. Uang menjadi pembelian sepadan untuk memberikan hak suaranya. 

Saling menjatuhkan teman dan lawan dengan berbagai cara menjadi sesuatu terus menerus terjadi sampai hari H pemilu. Sebuah pertarungan yang melelahkan dan menguras energi. Perlu mental yang kuat untuk ikut bertarung memeperebutkan kursi DPR. Janji tentang kesejahteraan dan kemajuan di kemukakan dengan retorika penuh bumbu.

Bukan tanpa alasan ketika sebagian rakyat mengharap ada yang mebeli hak suaranya. Ketika merasa harapan-harapannya tak terpenuhi oleh wakil rakyat, ketidakpercayaan mengarahkannya pada apatisme dan memilih tak berharap banyak pada penampung aspirasi. Keadaan ini timbul karena banyak anggota DPR yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya. Kepentingan rakyta, bangsa dan negara dikesampingkan. Banyaknya anggota DPR yang tersangkut kasus korupsi menambah ketidakpercayaan rakyat sebagai pengemban amanah. Bisa saja mereka yang terjerat korupsi, karena lagi ‘sial’ ketahuan oleh KPK dan masih ada banyak lagi yang kebetulan tidak terendus jejak korupsinya. Mental korup ini juga melekat pada sebagian besar rakyat Indonesia. Tentu mental korup ini tak perlu ditempelkan pada sang wakil.

Jika para wakil rakyat bertindak tak senonoh, apakah karena tergerak untuk mewakili tingkah laku rakyat yang tidak senonoh?

tertib

Menjadi sebuah kerinduan yang sangat ketika melihat sebuah ketertiban semakin jarang sekali terlihat. Tak habis pikir saya melihat begitu banyak orang yang dengan sadar melanggar hal yang mungkin dianggap sepele. Sama tak dimengertinya ketika saya juga ikut tertarik untuk ikut menikmati pelanggaran seperti itu. Ketika palang pintu kereta api di tutup untuk menunggu kereta lewat, saat kereta belum lewat para pengendara motor masuk dari sebelah kanan menyebrang lewt ujung palang pintu mendekat pada rela kereta. Mereka memang sudah hafal betul posisi kereta yang akan lewat. Mereka tahu posisi mana yang apabila dilanggar masih dalam kondisi aman, terutama untuk dirinya. Maka ruas kanan yang seharusnya kosong, penuh dengan dengan motor, karena hanya motor yang berkemungkinan seperti itu. Kenyamanan dan keselamatan orang lain tak terpikirkan samasekali. Tak ada perasaan perlu malu untuk menerobos. Mungkin mereka orang yang begitu sangat sibuk dan waktu menjadi sangat berharga sehingga memutuskan untuk melanggar.

Tak perlu mempertanyakan apakah dengan menyerobot jalan akan menjadikan waktu yang didapat bisa menjadi sangat berguna, atau bisa menambah penghasilan berupa uang atau hal lain yang bisa membikin nilai tambah untuk dirinya atau orang lain. Melanggar dengan berhasil dan selamat menjadi sebuah ‘petualangan’ tersendiri dan membikin bangga pada ruang batin yang berbeda. Sebuah kebanggaan yang aneh, entah kapan mulai tertanam rasa bangga seperti itu. Rasa bangga itu juga muncul ketika berhasil menerobos birokrasi yang sulit dengan lewat pintu belakang. ‘siapa bilang sulit, ini buktinya saya bisa tembus. Ini Indonesia bro, masih selalu ada celah untuk ke sana.’

Kebiasaan melanggar aturan menjadi hal lumrah di negeri kita. Coba saja kita berhenti ketika lampu kuning baru menyala, tentu timbul perasaan khawatir akan tertabrak dari belakang dan akan merasa biasa-biasa saja jika melewati lampu kuning. Lebih parah lagi kalau bisa menerobos lampu merah yang telah menyala beberapa detik dengan santai dan selamat.

Ada perasaan menuduh bodoh pada orang yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk melanggar agar lebih cepat. Disiplin dengan melewati tahap demi tahap dalam mengurusi sesuatu menjadi hal yang terabaikan dan menjadi pilihan terakhir yang harus terpaksa ditempuh setelah cara curang tak berhasil. Maka menjadi orang disiplin pada kondisi tertentu harus juga berlapang dada jika ada orang yang nyalip menerobos memotong waktu. Ini kondisi yang harus diterima.

Kapan Indonesia menjadi tertib dan teratur di segala tempat?

Jumat, 31 Oktober 2014

televisi alat politik

Budaya menonton dari masysarakat Indonesia dimanfaatkan betul oleh pelaku politik untuk mempengaruhi opini rakyat. Saya sebut saja TVOne dan Metro TV, tadinya saya mengira mereka memihak kepada salah satu pasangan capres hanya ketika masa kampanye saja.  TVOne sebagai corongnya pasangan Prabowo-Hatta dan metro TV sebagai corongnya pasangan Jokowi-JK. Keberpihakan mereka dikarenakan para pemilik televisi itu berada dan mendukung calon yang diusungnya. Maka penonton pun terbagi menjadi dua, yang mendukung Prabowo-Hatta cenderung lebih memilih menonton TVOne dan yang mendukung Jokowi-JK cenderung lebih memilih Metro TV. Keterbelahan penonton menciptakan proses pemikiran yang menghasilkan pendapat yang berbeda. Mereka saling menyalahkan berita dan pendapat yang dikabarkan oleh televisi yang tidak seide dengannya.
Untuk meykinkan para pemirsa, narasumber yang diundang oleha stasiun televisi pun di pilih bagi mereka yang sesuai dengan pendapatnya. Keberpihakan pun merasuk juga pada pembawa acara yang berpura-pura netral tapi jelas sekali pertanyaan dan ungkapan pengantarnya berpihak pada pasangan Capres yang didukungnya. Mereka menjadi bagian dari permainan politik itu dan ikut bermain aktif. Ungkapan-ungkapan menyindir dan menyalahkan lawan politik dengan nada suara yang nyinyir  dipoles untuk membangkitkan emosi penontonnya. Televisi alat politik itu menjadi provokator yang efektif.
Untuk mendukung pendapat dalam acara yang tayangankan, produser acara tersebut mencari atau mewawancarai orang-orang yang sependapat dengannya dengan latar belakang yang membuat para penonton tersentuh dan berempati. Dalam tanyang wawancara tersebut biasanya ditayangkan lebih banyak sekali pendapat yang pro sedangkan yang kontra hanya sekali, hanya sebagai ‘penyeimbang’ imitasi untuk mengelabui penonton. Mereka tak lagi mempedulikan fungsi media massa sebagai pemberi kabar kebenaran dan tak terpengaruhi oleh siapa pun. Uang yang diperlukan untuk biaya operasional dan target laba yang dibebankan oleh pemilik modal, telah melupakan idealisme jurnalistik.
Sebisa mungkin, mereka akan mengabarkan tentang ketidakbaikan seseorang yang berada dalam kelompoknya dengan nada dan pilihan kalimat yang mengarahkan penonton untuk tidak memvonisnya sebagai seorang yang salah. Sebaliknya jika ada kabar tidak baik dari salah seorang kelompok sebelah, mereka membumbuinya dengan berbagai cara dan mengaitkannya dengan berbagai persoalan yang menjadi tidak baik.
Dengan visualisai yang membuat para penonton terkesima, berkampanye lewat televisi menjadi efektif, setidaknya untuk masa sekarang, ketika sebagian masyarakat masih gampang percaya dengan berita pertama yang didengar dan tak merasa perlu mencari informasi lain yang kemungkinan berbeda sebagai referensi.